Trump Tak Masukkan Rusia dan Korut dalam Daftar Tarif Resiprokal, Kenapa?

Trump Tak Masukkan Rusia dan Korut dalam Daftar Tarif Resiprokal, Kenapa?

Terkini | inews | Jum'at, 4 April 2025 - 06:00
share

WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan daftar negara yang dikenakan tarif masuk. Namun dari sekian banyak negara tersebut, empat negara yang menjadi musuh bebuyutan AS justru tidak masuk, yakni Rusia, Korea Utara (Korut), Belarusia, dan Kuba.

Gedung Putih menjelaskan alasannya, keempat negara itu sudah dijatuhi sanksi bertubi-tubi, termasuk dalam bidang perdagangan.

"Kuba, Belarusia, Korea Utara, dan Rusia tidak tunduk kepada Insturksi Presiden Tarif Timbal Balik karena mereka sudah menghadapi tarif sangat tinggi dan sanksi yang kami jatuhkan sebelumnya," kata seorang sumber pejabat Gedung Putih, kepada Anadolu, dikutip Jumat (4/4/2025).

Trump, lanjut pejabat itu, baru-baru ini mengancam akan menjatuhkan sanksi yang ketas terhadap Rusia.

Trump menghadapi kritikan luas di media sosial karena tak memasukkan Rusia dalam daftar. Banyak netizen menuduh Trump menyerah kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

Instruksi Presiden yang diteken Trump pada Rabu (2/4/2025) mengesahkan tarif dasar minimum sebesar 10 persen serta dengan jumlah lebih tinggi kepada negara-negara yang dianggap menyalahi timbal-balik perdagangan. 

Ini merupakan janji lama yang pernah disampaikan Trump, memberlakukan tarif resiprokal atau timbal balik terhadap negara-negara di seluruh dunia yang selama ini menikmati untung dari perdagangan dengan AS.

Tarif dasar minimum sebesar 10 persen dikenakan kepada semua negara kecuali Kanada dan Meksiko. Kedua negara tetangga AS itu sudah lebih dulu dijatuhi sanksi tarif masuk ke AS dengan besaran paling kecil 25 persen.

"Menurut pendapat saya, ini adalah salah satu hari terpenting dalam sejarah Amerika. Ini adalah deklarasi kemerdekaan ekonomi kita," katanya.

Dia mengklaim kebijakan ini merupakan upaya terbaru untuk membangun perekonomian AS. Tujuannya untuk mendorong manufaktur dalam negeri, meningkatkan pendapatan pemerintah, serta menggagalkan kecurangan dalam perdagangan.

"Kita akan meningkatkan basis industri dalam negeri. Kita akan membuka pasar luar negeri dan mendobrak hambatan perdagangan luar negeri, dan pada akhirnya lebih banyak produksi di dalam negeri akan berarti persaingan lebih kuat dan harga yang lebih rendah bagi konsumen," ujarnya.

Topik Menarik