Trade Diversion Muncul Imbas Tarif AS, Banyak Negara Cari Mitra Dagang Baru

Trade Diversion Muncul Imbas Tarif AS, Banyak Negara Cari Mitra Dagang Baru

Terkini | idxchannel | Selasa, 8 April 2025 - 10:30
share

IDXChannel - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap adanya tren trade diversion atau pengalihan perdagangan sebagai reaksi terhadap kenaikan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. 

Fenomena tersebut menjadi fokus pembahasan global saat negara-negara mencari tujuan ekspor dan investasi alternatif.

"Dengan adanya kenaikan tarif di AS memunculkan sebuah pemikiran atau hal yang akan menjadi reaksi, yaitu terjadinya diversion dari perdagangan. Trade diversion ini yang sekarang sedang dibahas di dunia," ujar Sri Mulyani dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Menkeu menjelaskan negara-negara kini tengah mempertimbangkan tujuan ekspor dan investasi alternatif, bahkan berpotensi membentuk pola perdagangan tanpa melibatkan AS atau meminimalisir ketergantungan pada negara Adidaya tersebut.

"Negara mana yang bisa menjadi tujuan ekspor alternatif atau negara mana yang bisa menjadi tempat investasi alternatif, untuk kemudian muncul trade without Amerika atau Amerika menjadi dieliminasi dan kemudian muncul di antara sisa Amerikanya," ucap dia.

Sri Mulyani menekankan bahwa meskipun perdagangan antara AS dan China hanya mencakup 25 persen dari perdagangan global, dampak spillover dari kebijakan kedua negara tersebut tetap signifikan.

Dalam konteks ini, Indonesia memiliki peluang untuk mengambil alih pangsa pasar karena tarif resiprokal AS terhadap beberapa negara pesaing seperti Vietnam, Bangladesh, Thailand, dan China lebih tinggi, berkisar antara 34 persen hingga 46 persen.

"Peluang Indonesia untuk take over karena beberapa negara seperti Vietnam, Bangladesh, Thailand, China rate reciprocal-nya lebih tinggi yaitu 34, 36, 37, bahkan 46 persen," kata Sri Mulyani.

Namun, Indonesia juga perlu mewaspadai persaingan dari negara-negara lain dengan tarif resiprokal yang lebih rendah, seperti Filipina (17 persen), Malaysia (24 persen), Korea Selatan (25 persen), dan India (26 persen).

"Jadi di dalam tabel ini kita bisa menggambarkan komoditas apa yang potensi kita akan bisa menjadi pemasok baru," ucap dia.

Sri Mulyani menegaskan bahwa situasi ini memerlukan respons bersama antara pemerintah, pembuat kebijakan, dan pelaku ekonomi. Untuk itu, Presiden Prabowo Subianto berencana bertemu dengan seluruh stakeholder untuk merumuskan langkah strategis yang tepat.


(NIA DEVIYANA)

Topik Menarik