Warga Gaza: Kami Tak Mati karena Serangan Udara, tapi Akan Mati Kelaparan
GAZA - Enam minggu sudah Israel menghentikan semua pasokan bagi 2,3 juta penduduk Palestina di Jalur Gaza. Warga Gaza kini terancam kelaparan parah karena persediaan makanan yang ditimbun selama gencatan senjata hampir habis.
1. Persediaan Makanan Hampir Habis
Di sebidang tanah padat di kamp yang terbuat dari lembaran plastik tempatnya tinggal bersama keluarganya yang mengungsi di Khan Younis, Rehab Akhras (64), menggunakan kardus untuk menyalakan api dan merebus sekaleng kacang. Hanya itu yang tersisa bagi mereka.
"Kami sekeluarga beranggotakan 13 orang, apa gunanya sekaleng kacang fava bagi kami?" katanya, melansir Reuters, Kamis (10/4/2025).
"Kami selamat dari perang dan kami selamat dari serangan udara saat kami bangun dan tidur. Namun kami tidak dapat bertahan dari rasa lapar, baik kami maupun anak-anak kami," ucapnya.
Di utara Nuseirat, ratusan warga Palestina mengantre untuk mendapatkan nasi hangat di dapur umum luar ruangan. Anak-anak kecil memenuhi bagian depan antrean, melambaikan ember untuk membawa sesuatu pulang bagi keluarga mereka.
Badan-badan bantuan yang telah menyediakan makanan darurat tersebut mengatakan, mereka harus berhenti dalam beberapa hari kecuali mereka dapat membawa lebih banyak makanan.
Program Pangan Dunia dulunya menyediakan roti di 25 toko roti di seluruh Jalur Gaza. Semua toko roti tersebut sekarang tutup. Program tersebut harus segera menghentikan distribusi paket makanan dengan jatah yang dikurangi.
2. Bayi dan Anak-Anak Tidur dalam Kelaparan
"Semua persediaan dasar hampir habis," kata Juliette Touma dari UNRWA, badan PBB untuk bantuan Palestina.
"Harga komoditas telah meningkat secara eksponensial selama lebih dari satu bulan terakhir sejak otoritas Israel mengepung Jalur Gaza.
"Itu berarti bayi dan anak-anak tidur dalam keadaan lapar. Setiap hari tanpa pasokan dasar ini, Gaza semakin dekat dengan kelaparan yang sangat, sangat parah."
Perkuat Konektivitas Sepanjang Jalur Mudik, Indosat Ooredoo Hutchison Gelar Ekspedisi Jaringan Andal
Setiap warga Gaza kini dapat menyebutkan harga fantastis untuk sedikit makanan yang tersisa di pasar. Sekarung tepung seberat 25 kilogram yang dulu dijual seharga 6 dolar AS kini harganya sepuluh kali lipat. Satu liter minyak goreng, jika Anda dapat menemukannya, harganya 10 dolar AS, bukan 1,50 dolar AS. Beberapa orang yang beruntung mungkin akan menemukan sekaleng sarden jika mereka mampu membeli 5 dolar AS.
"Distribusi makanan hampir berhenti total, dengan stok yang tersisa kini dialihkan untuk menjaga distribusi makanan hangat tetap berjalan selama beberapa hari lagi, tetapi itu akan segera berakhir juga," kata seorang manajer akses untuk Dewan Pengungsi Norwegia di Deir al-Balah, Gavin Kelleher.
3. Wanita Hamil dan Anak-Anak Kurang Gizi Parah
Lembaga amal medis Medicins sans Frontiers mengatakan, mereka menghadapi anak-anak dan wanita hamil dengan kekurangan gizi parah. Ibu-ibu yang menyusui sendiri terlalu lapar untuk dapat menyusui.
Di Nuseirat, Neama Farjalla keluar setiap hari pada pukul 6:00 pagi, berjalan kaki bersama anak-anaknya melintasi zona perang dari dapur umum ke dapur umum dengan harapan mendapatkan semangkuk nasi.
"Jika kami tidak mati karena serangan udara, kami akan mati kelaparan," katanya.
"Ketika putra saya yang masih kecil berkata, 'Mama, aku ingin segelas susu', hati saya hancur," katanya.