Survei LSI: Tingginya Elektabilitas Dedi-Erwan Jadi Sejarah di Pilgub Jabar

Survei LSI: Tingginya Elektabilitas Dedi-Erwan Jadi Sejarah di Pilgub Jabar

Terkini | bandungraya.inews.id | Jum'at, 8 November 2024 - 16:50
share

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4, Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan sangat potensial menang fenomenal pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2024. Pasalnya, elektabilitas paslon itu sudah ungguh jauh dengan 74,6 persen.

Demikian temuan survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA yang disampaikan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah di Bandung, Jumat (8/11/2024).

Survei dilakukan pada 31 Oktober – 4 November 2024. Menggunakan metodologi standar, Multistage Random Sampling melalui wawancara tatap muka kepada 800 responden dengan margin of error plus minus 3,5 persen.

Menurut Toto, keunggulan Dedi-Erwan tersebut sebenarnya tidak terlalu mengagetkan. Sebab, data yang sama juga muncul saat turun survei untuk Pilbub dan Pilwalkot di sejumlah wilayah di Jabar.

"Dimana pertanyaan soal paslon gubernur Jabar disisipkan. Hasilnya, Dedi Mulyadi selalu unggul di rata-rata 70 persen," ucap Toto.

 

Bahkan, lanjut Toto, ada juga yang tembus di angka 80 persen seperti di Purwakarta dan 90 persen di Subang. Yang dibawah 70 persen, hanya terjadi di Kota Bekasi 62 persen dan Kabuapten Ciamis 67 persen.

“Kami dari LSI Denny JA, pernah turun juga untuk survei Pilbub dan Pilwakot di sejumlah wilayah di Jabar pada priode September – Oktober. Hasilnya, masih kurang lebih sama, selalu diatas 70, kecuali di Kota Bekasi dan Ciamis,” ungkapnya.

Menurutnya, tingginya angka elektabilitas pasangan Dedi-Erwan ini angka tercatat dalam sejarah Pilgub Jabar.

"Ini mungkin akan menjadi sejarah pertama di Jawa Barat ada calon gubernur yang terpilih dengan elektabilitas di atas 70 persen, yang dimiliki oleh pasangan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan," sebutnya.

Sementara itu, tiga paslon lain, Ahmad Syaikhu – Ilham Habibie 12,0 persen, Acep Adang Ruhiyat – Gitalis Dwi Natarina 6,5 persen, Jeje Wiradinata – Ronal Surapraja 5,3 persen, belum ada yang tembus di angka 15 persen. Adapun swing voters 1,6 persen.

 

Toto menilai, salah satu faktor keunggulan paslon yang diusung parpol dengan jumlah terbanyak itu, Dedi Mulyadi sudah memiliki tingkat pengenalan yang sangat tinggi, yaitu 92,1 persen dan tingkat kesukaan 88,6 persen.

"Angka ini menggambarkan popularitas Dedi itu berbanding lurus dengan kesukaan," ujarnya.

Tingginya angka pengenalan dan kesukaan tersebut, kata Toto, terkonfirmasi secara logis pada dukungan yang merata di seluruh segmen demografis seperti gender, suku, agama, usia, tingkat pendidikan dan penghasilan, profesi, pemilih parpol, ormas dan lain-lain. Termasuk, unggul di seluruh dapil di Jabar.

"Yang menarik, pemilih partai yang cagubnya berbeda, yaitu PKS, PDIP dan PKB justru mayoritas memilih Dedi-Erwan. Yaitu, pemilih PKS sebesar 47,9 persen, pemilih PDIP 71,8 persen dan pemilih PKB 62,1 persen memilih Dedi – Erwan," katanya.

Toto mengakui, masih ada sisa waktu kurang lebih 20 hari untuk seluruh kandidat memaksimalkan target ideal elektabilitasnya. Namun, dari pengalamannya melakukan survei, tidak mudah untuk seorang kandidat bisa mengejar ketertinggalan dalam waktu kurang dari satu bulan.

 

“Biasanya, hanya tsunami politik dan money politic yang bisa mengubah peta elektabilitas dalam waktu yang singkat itu. Masalahnya, sejauh ini belum terlihat akan adanya tsunami politik tersebut. Termasuk, money politic,” ungkapnya.

Menurutnya, jika pun ada kandidat yang akan mencoba melakukan jurus abnormal seperti politik uang tidaklah mudah. Pertama, butuh cost yang sangat besar, bisa ratusan miliar.

Kedua, sangat beresiko mendapatkan diskualifikasi KPU karena masuk dalam kategori pelanggaran TSM (Terstruktur, Sistematis dan Massif). 

“Mungkin, jika ada kandidat yang mau melakukan money politic, harusnya  punya elektabilitas yang tidak terlalu jauh, misalnya selisih 5-7 persen. Tapi kalau sudah lebih dari 20 persen apalagi diatas 30 persen, biasanya akan berpikir ulang. Selain butuh uang berkarung-karung, juga belum tentu efektif,” terangnya.

Di sisi lain, bahwa dari data terbarunya itu ada sekitar 31,2 persen pemilih yang berkategori soft supporter. Yaitu gabungan antara yang sudah memilih tapi bisa berubah dengan yang belum punya pilihan sama sekali.

 

"Pemilih yang berkategori seperti ini biasanya menjadi lahan tak bertuan yang masih bisa diperebutkan siapa saja," imbuhnya.

Toto menjelaskan, bahwa kandidat diluar tiga paslon diatas, yaitu Dedi -Erwan sudah memiliki strong supporter yang sangat fenomenal, yaitu 55,4 persen. Ini angka strong supporter yang jarang terjadi.

Dengan bekal angka ini, jika pun terjadi money politic, Dedi -Erwan tak akan kurang dari itu. Mungkin, uangnya diambil, tapi memilihnya tetap ke Dedi -Erwan.

"Kami pernah menemukan data fenomenal di Ciamis dengan lebih dari 70 persen strong supporters, dan angka yang hampir sama diperoleh Dedi Mulyadi dalam Pilgub Jawa Barat ini. Ini adalah modal terpenting bagi pasangan Dedi Mulyadi untuk memenangkan kontestasi Pilkada di Jawa Barat secara fenomenal karena sudah memiliki pendukung yang kuat," tandasnya.

Topik Menarik