Program Makan Bergizi Gratis, Ini Tips Atasi Anak Picky Eater Menurut Ahli Gizi
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Program makan bergizi gratis sudah diterapkan di sejumlah sekolah dengan memberikan paket makanan yang terdiri dari nasi, sayuran, lauk-pauk, dan buah.
Beberapa sekolah juga mendapatkan susu pada paket makanan. Meski program ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak-anak, kenyataannya tidak semua murid menghabiskan makanan yang disediakan.
Lantas, bagaimana dengan anak yang suka pilih-pilih makanan atau picky eater? Pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) sekaligus Dosen Kesehatan Gizi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Fahmi Arif Tsani merespons hal tersebut.
"Memang sangat lumrah terjadi pada anak terkait kesukaan menu makanan. Untuk menyiasati ada 3 hal yaitu edukasi, evaluasi, dan modifikasi varian menu," ucap Fahmi dikutip laman NU Online, Sabtu (11/1/2025).
Menurutnya, para guru bisa membantu memberikan edukasi kepada anak-anak untuk menyadarkan perlunya kandungan gizi yang seimbang dalam ragam makanan, agar anak-anak tidak pantangan terhadap makanan tertentu.
"Mengedukasi anak untuk menyukai dan menyadarkan gizi seimbang yang diperoleh dari bahan variasi makanan," ujarnya.
Selain itu, penyelenggara atau vendor Makan Bergizi Gratis menurutnya perlu evaluasi makanan untuk daya tarik anak.
"Perlu evaluasi, memperhatikan, daya terima dari makanan tersebut oleh si penikmat makanan yakni anak, bagaimana rasanya? apa yang ia sukai?" ungkapnya.
Fahmi menjelaskan, Evaluasi ini berguna untuk mengetahui makanan tertentu yang banyak disukai anak dan daya terima makanan tersebut.
"Apa yang kemudian yang itu tidak disukai oleh anak kita bisa menganalisis. Maka penting evaluasi mungkin dari cara pengolahan, rasa, daya terimanya," jelasnya.
Lebih lanjut, Fahmi mengatakan perlu menu makanan dimodifikasi. Menurutnya ini merupakan salah satu upaya yang penting dalam rangka memperbaiki asupan dan daya terima anak terhadap makanan.
"Orang yang menyiapkan makanan perlu memodifikasi menu yang sesuai dengan daya terima anak. Misal anak tidak suka nasi selain perlu melakukan penyadaran juga bisa mengganti karbohidrat yang jumlahnya seimbang dari jenis makanan selain nasi misalnya roti, bihun, daging diganti ayam, tahu ganti tempe dan lainnya," paparnya.
Menurutnya, penyelenggara juga bisa memodifikasi cara pengolahannya. Misal anak tidak suka makanan yang pengolahannya direbus, bisa diganti dengan ditumis, digoreng atau dipanggang.
"Atau juga bisa cara penyajiannya bisa dihias supaya menarik perhatian anak agar bisa menerima," imbuhnya.
Menurutnya, pihak penyelenggara bisa membuat siklus menu atau adanya jadwal yang mengatur jenis makanan yang pengolahan setiap harinya.
"Misal hari pertama dan kedua apa menunya berbeda dan terjadwal seterusnya, biasanya menu berdasarkan hari lebih bagus karena bisa mengurangi kebosanan dan meningkatkan daya terima," tandasnya.