Musisi Maluku Meriahkan Festival Pesona Indonesia di Darwin Australia
AMBON, iNewsAmbon.id - Musisi asal Maluku tampil memukau dalam Festival Pesona Indonesia yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Darwin, Australia, pada Sabtu (5/10/2024).
Dalam penampilannya, mereka memainkan Jukulele yang dipadukan dengan alunan sanetphone gabagaba, mempersembahkan empat lagu, yaitu City of Music Ambon Manise, Three Little Birds, Laju-Laju, dan Sayang Kane.
Konsul Republik Indonesia untuk Northern Territory, Bagus Hendraning Kobarsih, menyampaikan bahwa Festival Pesona Indonesia menampilkan beragam kesenian budaya Indonesia yang sudah lama dinantikan setelah terakhir kali digelar pada 2019.
Acara ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi masyarakat Indonesia di Darwin, sekaligus mempromosikan wisata Indonesia, terutama dari bagian timur seperti Lombok, NTT, Maluku, dan Papua.
"Festival ini juga diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan Australia untuk mengunjungi wilayah timur Indonesia," ujar Bagus.
Salah satu musisi Maluku, Nicko Tulalessy, menyatakan kebahagiaannya bisa tampil bersama musisi lain dari kawasan Indonesia Timur.
Eks Bintang Porno Ini Jadi Korban Perdagangan Seks P Diddy, Diperkosa Bergilir di Pesta Liar
"Kami sangat berterima kasih kepada Pak Konsul Bagus Hendraning Kobarsih dan Konsul Penerangan, Sosial, dan Budaya KJRI Darwin, Gina Fadilla, yang telah mengundang dan memfasilitasi kami untuk tampil di festival ini," ungkap Nicko.
Musisi yang tampil dalam Festival Pesona Indonesia di Darwin terdiri dari Nicko Tulalessy (Koordinator Moluccan Jukulele Leaders), Branckly Picanussa (penemu sanetphone gabagaba dan Wakil Rektor III IAKN Ambon), serta Thomas Huwae (musisi dan dosen musik di IAKN Ambon).
Kolaborasi mereka memainkan alat musik Jukulele dan Sanetphone Gabagaba sukses membawakan lagu Sayang Kane dan Laju-Laju.
Nicko Tulalessy juga menambahkan, kesempatan tampil di ajang ini menjadi momentum penting untuk mempromosikan musik Jukulele khas Maluku, yang terbuat dari pelepah pohon sagu.
"Ini adalah upaya memperkokoh musik tradisional sebagai daya tarik wisata di Maluku, khususnya Ambon Kota Musik Dunia," pungkasnya.
Festival ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata Indonesia, serta memperkuat posisi Ambon sebagai kota musik dunia.