Meski Bencana, Pelajar Tetap Semangat Belajar di Pengungsian, Warga Cihara Bingung Rumahnya Hancur!
LEBAK, iNewsPandeglang.id - Bencana tanah bergerak yang terjadi di Desa Panyongan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Banten, semakin meluas. Hingga saat ini, lebih dari 100 warga dari 26 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke tenda darurat. Tanah bergerak yang dimulai pada 3 Desember lalu ini menyebabkan banyak rumah rusak parah dan tidak bisa dihuni lagi.
Warga yang terdampak, terutama yang tinggal di daerah rawan longsor, kini harus menghadapi kenyataan pahit tanpa tempat tinggal yang aman.
Di tengah musibah ini, banyak cerita pilu dari para korban, termasuk Iki dan Mukafin, dua warga yang mengalami dampak langsung dari bencana ini.
Iki, seorang pelajar yang terpaksa mengungsi bersama keluarganya, tetap semangat untuk melanjutkan pendidikan meski harus belajar di pengungsian. "Rasanya sedih, Pak. Rumah hilang, tapi saya harus tetap sekolah," ujar Iki dengan penuh semangat.
Ia mengungkapkan bahwa meski tinggal di tenda pengungsian, ia tetap berusaha untuk mengikuti pelajaran. "Sekolahnya di SMA 1 Pengarangan. Harapannya, rumah kami cepat dibangun kembali," tambahnya.
Kisah berbeda datang dari Mukafin, salah satu warga yang rumahnya hancur akibat tanah bergerak. Ketika diwawancara, Mukafin tak bisa menyembunyikan kesedihannya. "Sedih, Pak. Saya tidak mengerti harus ke mana. Rumah saya hancur, dan saya juga bingung harus pindah ke mana," katanya sambil menahan tangis.
Mukafin mengungkapkan bahwa ia adalah seorang pendatang di Cihara dan tidak tahu ke mana harus pergi. "Saya sudah tinggal di sini 8 tahun, belum pernah terjadi hal seperti ini," lanjutnya.
Meskipun bantuan makanan mulai ada, Mukafin tetap berharap agar pemerintah segera merelokasi warga yang terdampak agar mendapatkan tempat yang lebih aman.
Di sisi lain, Endin, Ketua Komite SDN 2 Panyaungan, turut berbagi keprihatinannya terkait dampak bencana terhadap anak-anak yang juga harus mengungsi. "Kami sangat prihatin, terutama dengan siswa-siswa di sini yang harus mengungsi setelah sekolah. Kami berharap ada solusi agar warga cepat mendapatkan tempat tinggal baru, karena di sana tidak bisa dihuni lagi," ujar Endin saat ditemui di lokasi, Senin (9/12/2024).
Endin juga menyebutkan bahwa ada tujuh siswa yang terpaksa mengungsi akibat bencana ini. "Kami sudah berinisiatif untuk membantu, saya sudah telepon kepala-kepala sekolah dan berusaha mencari tempat yang lebih aman untuk anak-anak kami," tambahnya.
Sementara itu, anggota DPRD Lebak, Samboja Uton Witono, yang juga turun langsung ke lokasi bencana, mengungkapkan keprihatinannya. Ia menegaskan pentingnya kebersamaan dalam menghadapi bencana ini. "Kita harus bersabar dan mencari solusi bersama. Ini adalah ujian bagi kita semua," kata Samboja.
Ia juga menyarankan agar pemerintah segera mencari solusi jangka panjang, seperti pemindahan warga ke tempat yang lebih aman.
Pemerintah daerah bersama berbagai pihak telah berusaha membantu warga yang terdampak, dengan memberikan bantuan makanan dan kebutuhan darurat. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti mencari tempat tinggal yang layak bagi mereka. Tanah bergerak di Kecamatan Cihara ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi beberapa waktu terakhir, dan saat ini bencana ini terus meluas ke beberapa wilayah lainnya, seperti Bayah dan Panggarangan.