Inovasi Kue Semprong Gepeng, Tante Yuta Bawa Cita Rasa Tradisional ke Pasar Global
SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Bila kue semprong umumnya berbentuk gulungan atau lipatan, Yuta Endang Pujiastuti (60), seorang pelaku UMKM asal Semarang, menghadirkan inovasi unik dengan menciptakan kue semprong berbentuk lembaran pipih atau gepeng. Keunikan ini tidak hanya memikat hati masyarakat lokal tetapi juga membawa kue semprong ke pasar internasional.
Tante Yuta, begitu ia biasa disapa, memulai perjalanan inovasinya pada 2017, saat usianya menginjak 53 tahun. Dengan menghidupkan kembali resep kuno warisan sang ibu, ia menciptakan produk khas yang kini menjadi andalan di dunia kuliner.
“Mocaf itu terbuat dari singkong. Tepung mocaf membuat kue semprong ini lebih renyah. Selain itu, bentuknya kami buat berbeda, tidak digulung atau dilipat seperti biasanya, tetapi berbentuk pipih seperti lembaran,” ungkap Yuta di rumah produksinya, Jalan Taman Teuku Umar, Jatingaleh, Semarang.
Ide awalnya lahir dari buku resep kuno peninggalan ibunya yang ia temukan di dalam kardus. Resep itu memuat berbagai jenis kue tradisional, termasuk kue semprong yang kemudian menjadi fokus bisnisnya.
“Saya menemukan kardus berisi buku-buku resep. Bukunya kuno sekali, warnanya sudah cokelat dan hampir robek. Dari situ saya menemukan resep kue semprong dan mulai tertarik untuk mencobanya,” tutur Tante Yuta.
Pada awalnya, kue semprong buatan ibunya hanya disajikan untuk keluarga dan kerabat dekat. Namun, dorongan teman-temannya agar ia menjual kue tersebut menjadi awal perjalanan bisnisnya.
“Saat itu, ibu saya sering membuat kue semprong untuk dicicipkan saudara, teman, dan tetangga. Mereka menyarankan agar kue ini dijual karena rasanya sangat diminati,” kenangnya.
Namun, Tante Yuta belum tertarik untuk terjun ke dunia usaha karena masih sibuk bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Hingga pada 2017, ia memutuskan berhenti bekerja dan mulai fokus mengembangkan bisnisnya.
Resep Lama, Sentuhan Baru
Bersamaan dengan keputusannya untuk berwirausaha, Tante Yuta mulai mencari cara untuk memberikan ciri khas pada produknya. Ia mengganti bahan baku terigu dengan tepung mocaf, yang lebih sehat dan ramah bagi penderita diabetes serta anak-anak dengan autisme.
“Inovasi tepung mocaf ini mendapat apresiasi saat mengikuti Lomba Ketahanan Pangan Kota Semarang pada 2018. Kue semprong saya menang juara satu, dan itu membuat saya semakin percaya diri,” kata Yuta.
Tidak hanya dari segi bahan baku, inovasi lain yang diperkenalkan adalah bentuk kue semprong yang dibuat pipih. Hal ini memberikan daya tarik tersendiri sekaligus memudahkan proses pengemasan.
Kue semprong gepeng buatan Tante Yuta hadir dalam lima varian rasa: original, bumbu steik, teh ginger, cheese, dan coconut. Dari kelima varian tersebut, rasa original tetap menjadi favorit banyak pelanggan.
“Kalau yang paling best seller tetap rasa original. Tapi anak-anak biasanya suka yang cheese. Bentuk pipih ini juga membuatnya lebih praktis dikemas dan dinikmati,” jelas Yuta.
Merambah Pasar Internasional
Melalui pembinaan dari Rumah BUMN BRI, Tante Yuta mendapatkan berbagai pelatihan dan akses pasar yang lebih luas. Berkat kegigihan dan inovasinya, kue semprong gepeng buatannya kini telah dikirim ke berbagai negara.
“Kami pernah kirim lebih dari 1.000 pcs ke Kanada. Ke Jepang juga sudah masuk tahap sampel, dan beberapa kali kirim ke Singapura. Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu kami,” ungkapnya.
Tante Yuta meyakini bahwa inovasi dan semangat pantang menyerah menjadi kunci kesuksesan bisnisnya. Baginya, kue semprong gepeng tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari tradisi yang ia lestarikan.
“Kue semprong ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang cerita di baliknya. Kami ingin menunjukkan bahwa tradisi bisa dihidupkan kembali dengan cara yang baru,” katanya.
Dengan bentuk pipih yang khas dan rasa autentik, kue semprong gepeng Tante Yuta kini tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga menjadi kebanggaan di pasar internasional.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk membantu UMKM berkembang melalui pelatihan, digitalisasi, hingga ekspor.
“Kami mendukung UMKM untuk go modern, go digital, hingga go global. Inovasi seperti kue semprong gepeng Tante Yuta adalah bukti nyata bahwa produk tradisional bisa bersaing di pasar global,” kata perempuan yang akrab disapa Tia tersebut.
Melestarikan Tradisi dengan Inovasi
Pakar ekonomi Universitas Diponegoro (Undip), Esther Sri Astuti, menilai inovasi yang dilakukan Tante Yuta merupakan langkah cerdas dalam memperkuat daya saing produk lokal. Transformasi kue semprong menjadi bentuk gepeng sekaligus penggunaan bahan mocaf menunjukkan kreativitas pelaku UMKM dalam menjawab kebutuhan pasar modern.
“Penggunaan mocaf sebagai bahan utama tidak hanya memberikan nilai tambah dari sisi kesehatan, tetapi juga menjawab kebutuhan pasar modern. Ini adalah contoh keberhasilan UMKM menggabungkan tradisi dan inovasi,” jelas Esther.
Menurutnya, bentuk pipih yang ditawarkan juga memberikan diferensiasi yang signifikan dibandingkan produk serupa di pasaran. “Kue semprong gepeng adalah contoh bagaimana produk tradisional dapat diangkat menjadi unggulan di pasar global,” ujarnya.