Harga Minyak Mentah Turun dalam Sepekan usai Kekhawatiran Pasokan Mereda
NEW YORK, iNews.id - Harga minyak mentah ditutup melemah lebih dari 3 persen dalam sepekan perdagangan. Hal ini terjadi setelah meredanya kekhawatiran atas risiko pasokan imbas konflik Israel-Hizbullah dan prospek peningkatan pasokan pada tahun 2025.
Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (29/11/2024), harga minyak mentah Brent turun 34 sen atau 0,46 persen menjadi 72,94 dolar AS per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 72 sen atau 1,05 persen menjadi 68 dolar AS.
Untuk pedagangan minggu ini, Brent turun 3,1 persen sementara WTI turun 4,8 persen. Aktivitas perdagangan minyak mentah lesu karena hari libur umum AS.
Melansir Reuters, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dengan Hizbullah yang dimulai hari Rabu telah mengurangi premi risiko minyak, sehingga harga minyak turun, meskipun ada tuduhan pelanggaran oleh kedua belah pihak.
Namun, konflik Timur Tengah tidak mengganggu pasokan, yang diperkirakan akan lebih melimpah pada tahun 2025. Badan Energi Internasional (EIA) melihat prospek kelebihan pasokan lebih dari 1 juta barel per hari (bpd), yang setara dengan lebih dari 1 persen dari produksi global.
"Gambaran terbaru menyiratkan bahwa tahun depan menjanjikan akan lebih longgar daripada tahun ini dan harga minyak akan berada di bawah level 2024," ucap Analis Pialang Minyak PVM, Tamas Varga dalam keterangannya dikutip, Sabtu (30/11/2024).
Kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia menunda pertemuan untuk membahas kebijakan berikutnya pada 5 Desember mendatang. OPEC+ diperkirakan akan memutuskan perpanjangan pemangkasan produksi lebih lanjut.
Analis Saxo Bank Ole Hansen menuturkan, setelah dua kali ditunda, OPEC+ harus mempertimbangkan risiko pelemahan harga lebih lanjut di tengah konflik Timur Tengah.
"Terutama karena ekspektasi produksi yang kuat dari produsen non-OPEC+ tahun depan dapat menyebabkan surplus minyak mentah," kata Hansen.
Harga minyak mentah Brent diperkirakan bisa mencapai rata-rata 74,53 dolar AS per barel pada tahun 2025, menurut jajak pendapat Reuters yang melibatkan 41 analis. Ini menandai revisi penurunan bulanan ketujuh berturut-turut.