Harga Minyak Melonjak, Isu Ukraina dan Yaman Picu Kekhawatiran Pasokan

Harga Minyak Melonjak, Isu Ukraina dan Yaman Picu Kekhawatiran Pasokan

Ekonomi | idxchannel | Selasa, 30 Desember 2025 - 07:44
share

IDXChannel - Harga minyak dunia ditutup menguat pada Senin (29/12/2025), setelah Rusia menuding Ukraina menyerang kediaman Presiden Rusia Vladimir Putin.

Di saat yang sama, pelaku pasar bersiap menghadapi potensi gangguan pasokan di Timur Tengah seiring meningkatnya ketegangan di Yaman.

Kontrak berjangka (futures) Brent naik 2,1 persen dan ditutup di USD61,94 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 2,4 persen ke level USD58,08 per barel.

Melansir dari Reuters, Rusia pada Senin menuduh Ukraina melancarkan serangan drone terhadap kediaman presiden Rusia di wilayah utara negara itu.

Moskow menyatakan akan meninjau kembali posisinya dalam perundingan damai. Ukraina membantah tuduhan tersebut. Menteri luar negerinya mengatakan Moskow tengah mencari ‘pembenaran palsu’ untuk melanjutkan serangan terhadap negara tetangganya.

“Jika Rusia tidak mengejutkan dunia dengan menarik diri dari tuntutan sebelumnya terkait wilayah dan jaminan keamanan, kami melihat kompleks minyak berpeluang bergerak lebih tinggi hingga sisa pekan ini dan pekan depan,” kata analis Ritterbusch and Associates, firma penasihat perdagangan minyak.

Sebelum klaim serangan drone itu muncul, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Senin bahwa telah terjadi kemajuan signifikan dalam pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Keduanya sepakat tim AS dan Ukraina akan bertemu pekan depan untuk memfinalisasi sejumlah isu yang ditujukan mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

Menurut catatan Gelber & Associates, fokus pasar minyak juga bergeser ke Timur Tengah. “Ketidakstabilan baru, termasuk serangan udara Saudi di Yaman, menjaga isu potensi gangguan pasokan tetap menjadi sorotan,” tulis konsultan energi tersebut.

Koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman menyatakan setiap langkah militer oleh kelompok separatis utama di selatan, di Provinsi Hadramout, yang melemahkan upaya deeskalasi akan ditanggapi untuk melindungi warga sipil, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi Saudi pada Sabtu.

Eskalasi pertempuran pada Kamis menewaskan dua anggota Hadhrami Elite Forces, sayap militer Dewan Transisi Selatan (STC), di Hadramout, menurut pernyataan kelompok tersebut.

Serangan udara Saudi menyusul pada Jumat dini hari dengan menargetkan pasukan STC di wilayah itu, ujar seorang sumber kepada Reuters.

“Selain itu, impor minyak mentah China melalui jalur laut yang kuat turut memperketat pasar minyak global,” kata Analis UBS Giovanni Staunovo.

Ia menambahkan, USD60 per barel menjadi batas bawah yang relatif lunak bagi Brent, dengan harga diperkirakan pulih tipis pada 2026 karena pertumbuhan pasokan non-OPEC+ diperkirakan terhenti di pertengahan 2026.

Pelaku pasar energi juga menantikan data persediaan minyak AS untuk pekan yang berakhir 19 Desember. Laporan yang semula diperkirakan dirilis pada pukul 10.30 waktu New York pada Senin itu tertunda tanpa penetapan waktu publikasi baru.

Jajak pendapat Reuters menunjukkan persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun pada pekan tersebut, sementara persediaan distilat dan bensin diproyeksikan meningkat. (Aldo Fernando)

Topik Menarik