Segera Deteksi Dini! WHO Ungkap Kasus Baru Kanker Meningkat, Tertinggi Paru-Paru
JAKARTA, iNews.id - Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dengan jumlah 9.6 juta kematian per tahun. Menurut data Kemenkes 2022, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia mencapai 136 orang per 100.000 penduduk dan menempati urutan ke-8 di Asia Tenggara.
Bahkan, World Health Organization (WHO), melalui International Agency for Research on Cancer (IARC), telah merilis estimasi terbaru mengenai beban kanker global.
Data yang telah dikumpulkan dari 185 negara, mengungkapkan ada 10 jenis kanker terus menyumbang dua pertiga dari kasus baru kanker yang bermunculan. Hal ini menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Menurut laporan tersebut, terdapat 20 juta kasus kanker baru di seluruh dunia, dengan 9,7 juta kasus kematian. Kanker paru-paru memiliki tingkat kejadian tertinggi (12,4 persen), diikuti oleh kanker payudara (11,6 persen), kanker kolorektal (9,6 persen), kanker prostat (7,3 persen), dan kanker perut (4,9 persen).
Statistik kanker global yang mengkhawatirkan ini menekankan adanya kebutuhan mendesak terhadap teknologi diagnostik dan terapi yang canggih untuk meningkatkan hasil pengobatan pasien.
Sejalan dengan hal ini, EMC Healthcare mengambil langkah signifikan dalam meningkatkan perawatan kanker di Indonesia, yaitu dengan melengkapi
fasilitas menginstalasi Biograph Vision Quadra pertama di Asia.
Pemindai PET/CT seluruh tubuh akan membantu mengubah perawatan pasien ke arah yang lebih baik, dengan menghadirkan pencitraan canggih untuk diagnosis dini dan perencanaan perawatan yang lebih akurat, sehingga memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien kanker.
"Sistem yang inovatif ini memungkinkan pasien memeroleh manfaat dari peralatan diagnostik yang tersedia saat ini. Hal ini menandai era baru pengobatan yang presisi di Indonesia, khususnya bagi pasien onkologi yang akan mendapatkan perawatan lebih baik dan lebih personal," ujar Jusup Halimi, Presiden Direktur EMC Healthcare, melalui keterangannya.
Perlu diketahui, PET/CT memiliki peran penting dalam penanganan pasien onkologi, PET/CT dapat mendeteksi lesi kecil seperti metastasis atau tumor sekunder.
"Mendeteksi tumor ini sangat penting karena dapat menentukan bagaimana penanganan pasien setelahnya. Biograph Vision Quadra dan kemampuan pencitraan molekulernya yang canggih secara signifikan akan meningkatkan kemampuan mendeteksi lokasi kanker aktif yang lesinya bahkan sangat kecil," katanya.
Dia menambahkan, teknologi ini mampu menghadirkan perhitungan akurat jumlah terapi radiofarmasi yang dapat diberikan ke lokasi kanker. Alat ini juga menghasilkan peta 3D seluruh tubuh dari laju aliran darah kuantitatif ke setiap organ dan jaringan.
"Informasi 3D ini meningkatkan akurasi diagnostik, memungkinkan deteksi dini penyakit seperti kanker serta penentuan stadiumnya, mendiagnosis infeksi dan
penyakit inflamasi lainnya, gangguan neurologis, dan kondisi kardiovaskular, serta pada akhirnya mengoptimalkan hasil akhir pasien," katanya.
Selain itu, bidang pandang aksial 106 cm pada sistem ini mampu meningkatkan resolusi dan sensitivitas, yang memungkinkan dokter menangkap informasi terperinci dan secara dinamis mencitrakan pasien dari kepala hingga paha dalam satu kali pemindaian.
Dengan FoV aksial pemindai yang diperluas, dokter dapat memeriksa anatomi pasien selama penyerapan radiofarmasi dari waktu ke waktu. Kombinasi kemampuan True Time-of-Flight dan FoV aksial yang diperluas memungkinkan cakupan anatomi yang lebih luas dalam satu posisi tempat tidur, jika dibandingkan dengan pemindai PET/CT standar.
Sistem ini memungkinkan pemindaian lebih cepat pada dosis radiasi pasien yang lebih rendah (mengurangi paparan radiasi pada pasien). Selain itu, waktu pemindaian yang lebih singkat akan membuat pasien lebih nyaman, terutama bagi mereka yang sakit kritis atau mereka yang menjalani beberapa prosedur diagnostik.
"Sistem ini merupakan generasi baru pencitraan PET/CT, yang menawarkan kecepatan, akurasi, dan menambah wawasan klinis yang sangat baik. Pasien akan menerima diagnosis yang lebih tepat, pemindaian yang lebih cepat, serta strategi perawatan yang dipersonalisasi, yang sejalan dengan fokus pada pengembangan pengobatan presisi,” kata Alfred Fahringer, Country Head Siemens Healthineers Indonesia.
Penginstalan ini diharapkan dapat mentransformasi bidang klinis layanan kesehatan Indonesia dengan memungkinkan adanya diagnostik yang lebih akurat dan perawatan yang lebih efektif.