Mengenal Gray Divorce, Perceraian yang Dialami Ridwan Kamil dan Atalia Praratya

Mengenal Gray Divorce, Perceraian yang Dialami Ridwan Kamil dan Atalia Praratya

Gaya Hidup | okezone | Rabu, 17 Desember 2025 - 17:05
share

JAKARTA - Kasus perceraian di kalangan publik figur belakangan ini kembali menjadi perhatian. Tak hanya dialami pasangan muda, perpisahan juga terjadi pada pasangan yang telah menjalani rumah tangga selama puluhan tahun, seperti Ridwan Kamil dan Atalia Praratya yang sama-sama berada di usia matang.

Fenomena perceraian pada usia dewasa ini dikenal dengan istilah gray divorce. Istilah tersebut merujuk pada perceraian yang terjadi pada pasangan berusia 50 tahun ke atas, setelah membangun pernikahan dalam jangka waktu yang panjang.

Mengutip Verywell Mind, tren gray divorce menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Jika pada awal 1990-an kasus perceraian di kelompok usia ini masih tergolong rendah, kini jumlahnya terus bertambah. Bahkan, angka perceraian pada pasangan berusia 65 tahun ke atas tercatat meningkat cukup tajam.

Perubahan ini tak lepas dari pergeseran pola pikir. Banyak pasangan yang sebelumnya memilih bertahan demi anak, norma sosial, atau tekanan lingkungan, kini lebih berani mengambil keputusan berpisah demi kesehatan emosional dan kebahagiaan pribadi.

Salah satu faktor yang sering memicu gray divorce adalah fase empty nest, yakni ketika anak-anak telah dewasa dan meninggalkan rumah. Selama bertahun-tahun, fokus kehidupan rumah tangga tertuju pada peran sebagai orang tua. Ketika peran tersebut berkurang, pasangan kerap menyadari adanya jarak emosional dan perbedaan arah hidup yang semakin nyata.

Selain itu, persoalan keuangan juga kerap menjadi sumber konflik di usia matang. Perbedaan pandangan terkait tabungan, dana pensiun, hingga pengelolaan aset dapat memunculkan ketegangan yang sebelumnya terpendam. Di tahap ini, kesadaran akan keterbatasan waktu hidup juga membuat keinginan untuk menjalani kehidupan yang lebih selaras dengan nilai pribadi semakin menguat.

Seiring bertambahnya usia, perubahan minat, nilai hidup, dan prioritas kerap tak terhindarkan. Ketika pasangan tidak lagi tumbuh bersama atau saling memahami, hubungan pun dapat terasa hampa dan menjauh secara emosional.

Dari sisi psikologis, gray divorce bukanlah proses yang ringan. Perceraian di usia matang sering disertai perasaan kehilangan, kesepian, serta kekhawatiran terhadap masa depan. Banyak individu harus menyesuaikan diri dengan identitas baru setelah puluhan tahun hidup dalam ikatan pernikahan.

Meski demikian, tidak semua dampak gray divorce bersifat negatif. Bagi sebagian orang, perpisahan justru menjadi awal untuk menemukan kembali kebahagiaan dan makna hidup. Setelah keluar dari hubungan yang tidak lagi sehat secara emosional, mereka memiliki peluang untuk membangun kehidupan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pribadi, baik secara sosial, emosional, maupun mental.

Topik Menarik