PM Lebanon Akui Negaranya Hadapi Pelanggaran HAM dan Kedaulatan Terang-terangan Akibat Perang Brutal Israel

PM Lebanon Akui Negaranya Hadapi Pelanggaran HAM dan Kedaulatan Terang-terangan Akibat Perang Brutal Israel

Global | okezone | Kamis, 26 September 2024 - 11:53
share

BEIRUT - Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mikati mengatakan negaranya menghadapi pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan hak asasi manusia (HAM) akibat perang brutal Israel . Lebih dari 600 orang dilaporkan tewas di seluruh Lebanon sejak Senin (23/9/2024), ketika Israel memulai serangan udara yang gencar untuk menghancurkan apa yang disebutnya sebagai infrastruktur yang dibangun oleh Hizbullah sejak terakhir kali mereka berperang pada tahun 2006.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 90.000 orang lainnya di Lebanon telah mengungsi, menambah 110.000 orang yang telah meninggalkan rumah mereka sebelum eskalasi. Hampir 40.000 orang tinggal di tempat penampungan di seluruh negeri.

Pertempuran lintas batas yang mematikan selama hampir setahun yang dipicu oleh perang di Gaza juga telah membuat sekitar 70.000 orang mengungsi di Israel utara, yang menurut pemerintah dan militer Israel ingin memastikan kepulangan mereka dengan aman.

Hizbullah mengatakan bahwa mereka menyerang Israel untuk mendukung sekutu Palestina-nya, Hamas, dan tidak akan berhenti sampai ada gencatan senjata di Gaza. Kedua kelompok tersebut didukung oleh Iran dan dilarang sebagai organisasi teroris oleh Israel, Inggris, dan negara-negara lain.

Pertempuran lintas batas berlanjut pada Rabu (25/9/2024), dengan Hizbullah mengatakan telah menargetkan markas besar badan mata-mata Israel, Mossad, dengan rudal yang ditembakkan ke arah Tel Aviv. Ini pertama kalinya Hizbullah menargetkan daerah yang berpenduduk padat.

Rudal tersebut dicegat oleh pertahanan udara dan tidak ada laporan kerusakan atau korban.

Hizbullah juga menembakkan puluhan roket lagi ke Israel utara, melukai dua orang.

Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan kepada wartawan bahwa serangan tersebut telah menewaskan sedikitnya 51 orang dan melukai 223 orang, tanpa menyebutkan berapa banyak warga sipil atau kombatan.

Hal itu terjadi setelah gelombang serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Hizbullah.

Pekan lalu, 39 orang tewas dan ribuan lainnya terluka ketika pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh anggota Hizbullah untuk berkomunikasi meledak dalam dua gelombang di Lebanon. Israel secara luas diyakini bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Kemudian, serangan udara Israel pada Jumat (20/9/2024) di markas kelompok itu di Dahieh, di Beirut selatan, pada dasarnya telah menghancurkan rantai komando unit tempur utamanya, Pasukan Radwan. Kelompok itu mengonfirmasi bahwa salah satu pemimpin militer utamanya, Ibrahim Aqil, termasuk di antara 55 orang yang tewas.

Topik Menarik