AS Ambigu, Desak Gencatan Senjata tapi Dukung Israel Invasi Lebanon
Israel telah meluncurkan invasi darat ke Lebanon dengan dalih memerangi Hizbullah, Selasa (1/10/2024). Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu abadi Zionis menunjukkan sikap ambigu dalam menyikapi perang tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller akui rezim Zionis sudah memberi tahu Washington tentang serangan daratnya ke Lebanon.
Presiden AS Joe Biden pada hari Senin mengindikasikan bahwa dia menentang operasi darat Israel dengan mendesak gencatan senjata.
"Kita harus melakukan gencatan senjata sekarang," kata Biden.
Baca Juga: Israel Luncurkan Invasi Darat, Tentara Israel Pilih Mundur
Namun, Miller dalam konferensi pers, menyatakan dukungan Amerika kepada Israel atas invasinya.
"Saya ingin menjelaskan beberapa hal. Pertama, kami mendukung hak Israel untuk membela diri dari terorisme, dan itu termasuk dengan membawa teroris brutal seperti Hassan Nasrallah ke pengadilan. Pada saat yang sama, kami pada akhirnya ingin melihat resolusi diplomatik untuk konflik di Timur Tengah yang memberikan keamanan jangka panjang bagi rakyat Israel, rakyat Lebanon, dan rakyat Palestina," kata Miller.
"Israel memiliki hak untuk membela diri dari Hizbullah. Jika Anda melihat bagaimana konflik di perbatasan utara Israel ini dimulai, Hizbullah-lah yang mulai melancarkan serangan terhadap Israel pada tanggal 8 Oktober. Dan serangan-serangan itu terus berlanjut dan terus berlanjut," papar Miller.
"Jika Anda melihat apa yang dikatakan oleh pemimpin sementara Hizbullah hari ini, serangan mereka terhadap Israel akan terus berlanjut. Jadi Israel memiliki hak untuk membela diri terhadap serangan-serangan itu. Itu termasuk dalam menargetkan infrastruktur teroris di dalam Lebanon.”
Miller mengklarifikasi desakan pemerintah Biden untuk gencatan senjata.
"Gencatan senjata bukanlah satu pihak dalam konflik yang secara sepihak meletakkan senjata dan menghentikan konflik. Ini adalah kesepakatan bagi kedua belah pihak untuk menghentikan konflik," katanya.
Miller menekankan bahwa sebagaimana Hizbullah telah menjelaskan niatnya untuk terus menyerang Israel, operasi darat Zionis tersebut dilegitimasi oleh haknya untuk membela diri.
"Bahwa pembunuhan kepala Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah adalah hal yang sangat baik bagi kawasan dan dunia," paparnya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, setelah berbicara dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, mengonfirmasi: "Kami sepakat tentang perlunya membongkar infrastruktur serangan di sepanjang perbatasan untuk memastikan bahwa Hizbullah Lebanon tidak dapat melakukan serangan seperti 7 Oktober terhadap komunitas utara Israel."
Namun Austin menyatakan bahwa AS akan terus mencari solusi diplomatik untuk konflik tersebut dan menambahkan bahwa Iran akan menghadapi konsekuensi serius jika Teheran menyerang Israel atas operasinya di Lebanon.
Senator Partai Demokrat John Fetterman menulis di X: "Saya sepenuhnya mendukung pilihan Israel untuk melakukan apa yang diperlukan untuk menetralisir Hizbullah."