3 Tujuan Pemimpin HTS Gelorakan Pemberontakan Melawan Bashar Al Assad

3 Tujuan Pemimpin HTS Gelorakan Pemberontakan Melawan Bashar Al Assad

Global | sindonews | Sabtu, 7 Desember 2024 - 19:07
share

Pemimpin Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al-Jolani, mampu mengalahkan tentara Suriah dan merebut berbagai kota di negara tersebut. Meskipun kerap diasosiasikan bahwa HTS dibantu Amerika Serikat (AS) dan Suriah, dia menegaskan bahwa dia memiliki tujuan mulia dalam memulai pemberontakannya.

3 Tujuan Pemimpin HTS Gelorakan Pemberontakan Melawan Bashar Al Assad

1. Menggulingkan Bashar Al Assad

Pemimpin Hay'at Tahrir Al-Sham (HTS), Abu Mohammed Al-Jolani, mengumumkan bahwa tujuan oposisi adalah untuk "menggulingkan rezim" di Suriah pada saat pasukannya dan faksi sekutunya maju menuju Homs, kota terbesar ketiga di negara itu, setelah menguasai Aleppo dan Hama dalam beberapa hari terakhir.

Al-Jolani, yang mulai menggunakan nama aslinya Ahmed Al-Sharaa, alih-alih nama samaran, menegaskan dalam sebuah wawancara dengan CNN: "Ketika kita berbicara tentang tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Adalah hak kita untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk mencapai tujuan itu," seraya menambahkan "rezim ini sudah mati."

CNN menyapa Al-Jolani dengan nama aslinya, dan presenter wanita itu mengenakan jilbab saat duduk di hadapannya dan bertanya tentang rencananya untuk masa depan kehidupan politik di Suriah. Ia berbagi bahwa setelah merebut kota satu per satu, tujuannya adalah untuk menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad dan mendirikan pemerintahan Islam.

2. Menciptakan Pemerintahan yang Demokratis

Al-Jolani mengindikasikan rencananya untuk menciptakan pemerintahan yang didasarkan pada lembaga dan dewan yang "dipilih oleh rakyat."

Ia menegaskan bahwa warga sipil tidak perlu takut dengan pengelolaan wilayah yang dikuasai militan di Suriah, dengan mengklaim: “Orang-orang yang takut dengan pemerintahan Islam telah melihat penerapannya yang salah atau tidak memahaminya dengan benar.”

3. Menerapkan Praktik Islam yang Tidak Brutal

Al-Jolani juga menentang klasifikasi organisasinya sebagai gerakan teroris, dengan menggambarkannya sebagai gerakan yang terutama “politis dan, pada saat yang sama, tidak akurat,” dengan menyatakan bahwa beberapa praktik Islam ekstrem telah menciptakan “perpecahan” antara HTS dan kelompok jihad.

Pemimpin HTS tersebut mengklaim bahwa ia menentang beberapa metode yang lebih brutal yang digunakan oleh kelompok jihad lainnya, yang menyebabkan ia memutuskan hubungan dengan mereka, dengan menyatakan bahwa ia tidak pernah secara pribadi berpartisipasi dalam serangan terhadap warga sipil.

Topik Menarik