Dulu Mesra, Hubungan China dan Pakistan Tegang Gara-Gara Kekerasan Terhadap Pekerja

Dulu Mesra, Hubungan China dan Pakistan Tegang Gara-Gara Kekerasan Terhadap Pekerja

Global | okezone | Selasa, 10 Desember 2024 - 16:03
share

BEIJING Hubungan Pakistan dan China , yang telah lama dipuji sebagai "sekutu yang selalu siap sedia," mengalami ketegangan menyusul kekecewaan Beijing terhadap ketidakmampuan Islamabad untuk menjamin keselamatan warga negara China dan proyek-proyeknya di Pakistan semakin meningkat.

Ketegangan ini, yang ditandai pertengkaran diplomatik yang tidak biasa di depan publik, mencerminkan masalah serius dalam kemitraan kedua negara, yang secara historis membanggakan diri atas keselarasan strategis dan ekonomi mereka.

Pemerintah Pakistan sangat tertekan. Ada ribuan pengunjuk rasa di jalanan, dan ibu kota Islamabad juga sempat dikunci di tengah seruan membebaskan mantan perdana menteri Imran Khan. Hubungan dengan negara tetangganya, China, juga semakin memburuk," menurut The Interpreter , sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Australia, Selasa (10/12/2024).

Baru-baru ini, perselisihan diplomatik yang jarang terjadi telah menyoroti meningkatnya rasa frustrasi China atas keselamatan warganya di Pakistan.

"Tidak dapat diterima jika kami diserang dua kali hanya dalam waktu enam bulan," kata Duta Besar China di Islamabad, Jiang Zaidong, dalam reaksi terbuka terhadap pernyataan seorang politikus senior Pakistan yang dianggap meremehkan ancaman keamanan terhadap pekerja China.

"Presiden Xi (Jinping) peduli dengan keamanan rakyat China dan mengutamakan kehidupan rakyat, terutama keamanan warga China di Pakistan, tegasnya, seperti dikutip dari media Islam Khabar .

Sejarah Hubungan China-Pakistan

China dan Pakistan memiliki hubungan yang berakar pada kepentingan bersama, kebutuhan strategis, dan kolaborasi ekonomi. Sejak tahun 1960-an, kedua negara telah membina hubungan di berbagai bidang, termasuk kerja sama militer, pembangunan infrastruktur, dan melawan pesaing regional, terutama India.

Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), landasan Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) China yang ambisius, merupakan lambang kemitraan tersebut.

Diluncurkan pada 2015, CPEC telah mengumumkan investasi melebihi USD62 miliar, menjanjikan pembangunan infrastruktur, proyek energi, dan konektivitas perdagangan. Sebagai balasannya, China telah meraup akses ke pelabuhan strategis seperti Gwadar dan koridor ekonomi ke Laut Arab.

Namun, kemitraan tersebut semakin diuji, terutama karena ancaman keamanan di Pakistan telah meningkat, yang berdampak langsung pada kepentingan China. Kemarahan Beijing terutama bermula dari serangan berulang yang menargetkan warga negara China dan proyek-proyek di Pakistan, khususnya di provinsi Balochistan yang bergejolak.

Selama beberapa tahun terakhir, kelompok separatis seperti Tentara Pembebasan Balochistan (BLA) telah mengeklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap insinyur, pekerja, dan infrastruktur China. Kelompok-kelompok ini memandang investasi China di wilayah tersebut sebagai eksploitatif, menuduhnya mengabaikan masyarakat lokal sembari terus mengambil untung dari sumber daya provinsi tersebut.

Kesabaran China tampaknya mulai menipis. Kurangnya kemajuan nyata dalam mengekang serangan terhadap warga negaranya dan proyek-proyek infrastruktur telah menyebabkan pernyataan yang tajam dari Beijing.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah China secara eksplisit menyuarakan kekhawatiran atas ketidakmampuan Pakistan untuk memberikan perlindungan memadai. Dalam teguran publik yang jarang terjadi, diplomat China mengkritik penanganan Pakistan terhadap pengaturan keamanan.

Hal ini terjadi di tengah laporan bahwa Beijing telah mempertimbangkan untuk menahan investasi CPEC lebih lanjut hingga perbaikan nyata dilakukan. Sikap seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya, mengingat pendekatan China yang secara historis berhati-hati dalam menangani masalah dengan sekutunya secara terbuka.

Peningkatan Keamanan

Keselamatan warga negaranya telah menjadi prioritas utama bagi Beijing. Laporan menunjukkan bahwa China telah mendorong keterlibatan yang lebih besar dalam langkah-langkah keamanan internal Pakistan, termasuk mengerahkan perusahaan keamanan swasta China untuk melindungi aset dan warga negaranya.

Meski Pakistan telah mengizinkan sejumlah kehadiran keamanan eksternal, langkah-langkah tersebut sering kali menemui perlawanan dalam negeri, yang semakin memperumit situasi.

Selain keamanan, ketegangan ekonomi juga muncul. Krisis keuangan Pakistan yang sedang berlangsung telah menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuannya untuk membayar kembali pinjaman China di bawah CPEC.

Beijing, yang menghadapi tantangan ekonominya sendiri pascapandemi Covid-19, tampaknya enggan memberikan dana talangan tanpa syarat. Hal ini telah menyebabkan dinamika yang lebih transaksional dalam hubungan kedua negara, menggantikan persahabatan sebelumnya dengan pragmatisme.

Balochistan tetap menjadi titik api dalam hubungan Pakistan-China. Meski kawasan tersebut penting bagi CPEC, tantangan sosial-politiknyamulai dari pemberontakan separatis hingga ketidakpuasan lokalmenimbulkan rintangan signifikan.

Ketidakmampuan Pakistan untuk mengatasi masalah-masalah ini telah merusak kredibilitasnya sebagai mitra, sehingga membuat Beijing frustrasi.

Meningkatnya minat China untuk menyeimbangkan kemitraan regionalnya juga berkontribusi pada dinamika yang berkembang. Walau Pakistan tetap penting, China telah menjajaki hubungan yang lebih erat dengan India, khususnya dalam perdagangan dan teknologi.

Pergeseran tren ini, meski tidak terlalu signifikan, dapat menandakan kalibrasi ulang strategi Asia Selatan China, yang semakin memperumit hubungannya dengan Pakistan.

Kalibrasi Ulang

Di sisi lain, menghadapi tekanan yang meningkat, Pakistan telah mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan Beijing. Pemerintah Pakistan telah menjanjikan peningkatan langkah-langkah keamanan, termasuk membentuk pasukan keamanan khusus yang didedikasikan untuk melindungi proyek-proyek CPEC.

Namun, tantangan sistemik seperti ketidakstabilan politik, kendala ekonomi, dan pemberontakan yang terus-menerus membatasi kemampuan Islamabad untuk mewujudkannya.

Militer Pakistan, pemangku kepentingan utama dalam CPEC, telah mengintensifkan upaya mengamankan investasi China. Latihan militer bersama dan operasi kontraterorisme telah dilakukan untuk mengatasi ancaman keamanan. Meski ada langkah-langkah ini, serangan terus berlanjut, yang menggarisbawahi kompleksitas masalah.

Perpecahan yang semakin besar antara Pakistan dan China menimbulkan pertanyaan tentang masa depan kemitraan mereka. Meski kepentingan bersama tetap kuat, hubungan tersebut kemungkinan akan mengalami pergeseran dari hubungan yang didasarkan pada dukungan tanpa syarat menjadi aliansi yang lebih bersyarat dan didorong oleh kinerja.

Memburuknya hubungan Pakistan-China menggarisbawahi tantangan dalam mempertahankan kemitraan strategis di tengah meningkatnya masalah keamanan.

Bagi Pakistan, taruhannya tinggi; kehilangan dukungan China akan berdampak signifikan pada posisi ekonomi dan geopolitiknya. Sementara bagi China, situasi ini menjadi pengingat tentang risiko investasi skala besar di wilayah yang tidak stabil.

Meski tidak mungkin runtuh sepenuhnya, kemitraan China-Pakistan kemungkinan akan mengalami kalibrasi ulang yang signifikan, menurut estimasi para ahli.

Topik Menarik