Pangeran Arab Saudi Minta Perang Iran dan Israel Harus Dihindari, Berikut 3 Alasannya
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal Bin Farhan Al-Saud mengatakan bahwa ia tidak melihat pemerintahan baru Donald Trump berkontribusi terhadap risiko perang antara Israel dan Iran
Itu menanggapi masalah yang telah ditakuti kawasan tersebut sejak dimulainya perang Israel di Gaza.
Pangeran Arab Saudi Minta Perang Iran dan Israel Harus Dihindari, Berikut 3 Alasannya
1. Iran Mau Bekerja Sama dalam Program Nuklirnya
Pangeran Faisal Bin Farhan Al-Saud juga menyampaikan kepada pertemuan Davos bahwa ia berharap pendekatan Presiden Trump terhadap Iran akan disambut dengan kesediaan Teheran untuk terlibat secara positif dengan pemerintahan AS dan mengatasi masalah program nuklirnya."Jelas terjadi perang antara Iran dan Israel, perang apa pun di kawasan kita adalah sesuatu yang harus kita hindari sebisa mungkin," kata Pangeran Faisal, saat berbicara dalam pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Swiss, dilansir Middle East Monitor.
2. Donald Trump Tidak Mendukung Perang dengan Iran
"Saya tidak melihat pemerintahan AS yang baru sebagai pihak yang berkontribusi terhadap risiko perang, sebaliknya, Presiden Trump telah cukup jelas menyatakan bahwa ia tidak mendukung konflik."Pangeran Faisal juga mengatakan bahwa ia akan mengunjungi Lebanon akhir minggu ini, yang merupakan perjalanan pertama Menteri Luar Negeri Saudi dalam lebih dari satu dekade.
3. Pengaruh Iran di Timur Tengah Telah Melemah
Kerajaan Arab Saudi menjauhi Lebanon selama bertahun-tahun karena pengaruh kuat Hizbullah terhadap urusan negara.Pangeran Faisal mengatakan bahwa terpilihnya seorang Presiden Lebanon setelah kekosongan yang lama di negara tersebut merupakan hal yang positif, tetapi Arab Saudi perlu melihat reformasi yang nyata untuk meningkatkan keterlibatannya di negara tersebut.
Parlemen Lebanon memilih panglima militer, Joseph Aoun sebagai kepala negara awal bulan ini, mengisi jabatan presiden yang kosong dengan seorang Jenderal yang mendapat dukungan AS dan menunjukkan pengaruh Hizbullah yang melemah setelah perang yang menghancurkan kelompok itu dengan Israel.