Serangan Roket Kamboja Tewaskan Warga Sipil Thailand, Pertempuran di Perbatasan Terus Berlanjut

Serangan Roket Kamboja Tewaskan Warga Sipil Thailand, Pertempuran di Perbatasan Terus Berlanjut

Global | okezone | Senin, 15 Desember 2025 - 10:32
share

JAKARTA - Pemerintah Thailand mengatakan serangan roket dari Kamboja pada Minggu (14/12/2025) menewaskan seorang warga desa berusia 63 tahun. Ini menjadi kematian warga sipil Thailand pertama yang dilaporkan sebagai akibat langsung dari pertempuran selama seminggu terakhir di sepanjang perbatasan kedua negara Asia Tenggara tersebut.

Pertempuran antara dua negara, yang dipicu bentrokan pada 7 Desember, berlanjut pada Minggu. Kedua pihak bertempur memperebutkan klaim yang telah lama disengketakan atas sebagian lahan perbatasan, beberapa di antaranya berisi reruntuhan kuil berusia berabad-abad.

Lebih dari dua lusin orang di kedua sisi perbatasan secara resmi dilaporkan tewas dalam pertempuran minggu lalu, sementara lebih dari setengah juta orang telah mengungsi, demikian dilaporkan Associated Press.

Serangan roket Kamboja pada Minggu menghantam Distrik Kantharalak, Provinsi Sisaket, dan membakar sebuah rumah. Sebuah pecahan peluru yang diyakini berasal dari roket yang sama tertanam di jalan di dekatnya.

 

Korban, yang diidentifikasi sebagai Don Patchaphan, tewas di tengah kawasan permukiman dekat sebuah sekolah, menurut pernyataan Angkatan Darat Thailand. Juru bicara Pemerintah Thailand, Siripong Angkasakulkiat, mengutuk Kamboja karena sengaja menembaki daerah sipil, dan mengatakan bahwa tindakan tersebut “kejam dan tidak manusiawi.”

Thailand sebelumnya melaporkan kematian warga sipil selama konflik yang kembali memanas, tetapi sebagian besar dari mereka sudah memiliki masalah kesehatan bawaan dan meninggal selama evakuasi.

Kamboja telah mengerahkan peluncur roket BM-21 yang dipasang di truk dengan jangkauan 30–40 kilometer (19–25 mil). Masing-masing dapat menembakkan hingga 40 roket sekaligus, tetapi tidak dapat ditargetkan secara tepat. Roket-roket tersebut sebagian besar mendarat di daerah-daerah yang sudah dievakuasi.

Otoritas Thailand mengatakan Kamboja telah meluncurkan ribuan roket hampir setiap hari. Sementara itu, Thailand telah melakukan serangan udara dengan pesawat tempurnya, dan Kamboja mengatakan pemboman berlanjut pada Minggu. Kedua belah pihak juga menggunakan drone untuk pengawasan dan pengiriman bom.

 

Militer Thailand telah mengakui 16 tentaranya tewas selama pertempuran, dan memperkirakan pada Minggu bahwa setidaknya ada 221 korban jiwa di antara tentara Kamboja. Kamboja mengecam penghitungan korban tewas oleh Thailand sebagai disinformasi, tetapi belum mengakui adanya korban jiwa di pihak militer. Mereka mengatakan setidaknya 11 warga sipil telah tewas dan lebih dari enam lusin terluka.

Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyampaikan pesan yang membangkitkan semangat kepada rakyatnya pada Minggu, menulis di media sosial bahwa ia bangga melihat kekuatan bangsa ini “dalam situasi di mana negara kita menghadapi kesulitan karena agresi dari negara-negara tetangga.”

Pertempuran baru ini menggagalkan gencatan senjata yang didukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri pertempuran sebelumnya selama lima hari antara kedua negara yang pecah pada Juli. Gencatan senjata tersebut diformalkan secara lebih rinci pada Oktober dalam pertemuan regional di Malaysia yang dihadiri Trump, namun ditangguhkan hanya beberapa pekan kemudian. Trump mengumumkan Jumat lalu bahwa kedua negara telah setuju atas desakannya untuk memperbarui gencatan senjata, tetapi Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul membantah telah membuat komitmen apa pun, dan Kamboja mengumumkan bahwa mereka terus berperang dalam apa yang mereka sebut sebagai pembelaan diri.

 

Sebuah kapal perang Angkatan Laut Thailand di Teluk Thailand bergabung dalam pertempuran pada Sabtu pagi, saling baku tembak dengan senjata yang berbasis di Provinsi Koh Kong di barat daya Kamboja. Masing-masing pihak saling menyalahkan karena memulai pertukaran di front baru.

Topik Menarik