Anindya Sebut Masih Ada Peluang Kerja Sama dengan AS Pasca Tarif Trump

Anindya Sebut Masih Ada Peluang Kerja Sama dengan AS Pasca Tarif Trump

Terkini | idxchannel | Minggu, 6 April 2025 - 05:44
share

IDXChannel - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut masih ada peluang bagi Indonesia untuk mempertahankan hubungan baik dengan Amerika Serikat (AS) pasca pengenaan tarif impor 32 persen. 

Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, ini dimungkinkan dengan kemitraan mineral kritis. Dia optimistis masih ada peluang Indonesia mempertahankan hubungan baik dengan AS sebagai mitra dagang, mengingat AS membutuhkan pasar bagi peralatan pertahanan, pesawat terbang, dan LNG. 

Menurutnya, Indonesia bisa menegosiasikan hal ini dengan produk ekspor andalan berupa mineral kritis.

"AS memberlakukan Inflation Reduction Act (IRA) atau UU Penurunan Inflasi yang bertujuan menurunkan inflasi di AS, mendorong transisi energi bersih melalui insentif besar-besaran terhadap kendaraan listrik (EV), energi terbarukan (solar, angin), dan industri baterai dan semikonduktor," kata Anindya dalam keterangannya, Minggu (6/4/2025).

"AS bisa memberikan subsidi terhadap impor produk olahan dari nikel dan mineral lainnya dari Indonesia sepanjang mineral itu diolah sesuai standar lingkungan dan ketenagakerjaan. Hal ini dimungkinkan oleh critical minerals agreements dengan AS," ujarnya.

Anindya meyakini masih ada pintu negosiasi yang bisa dilakukan antara Indonesia dan AS, mengingat kedua negara merupakan mitra bisnis yang saling membutuhkan. Dengan begitu, peluang negosiasi masih terbuka lebar untuk diupayakan.

"Saya yakin kita bisa melakukan negosiasi dengan AS, antara lain karena posisi geopolitik dan geoekonomi Indonesia. Saya melihat pernyataan Presiden Trump merupakan opening statement. Artinya pintu negosiasi masih terbuka," ujar Anindya.

"Posisi Indonesia sangat strategis di Kawasan Pasifik. Selain bagian dari kekuatan ekonomi ASEAN, Indonesia adalah anggota APEC yang strategis. Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan pimpinan negara nonblok, juga tentu menjadi pertimbangan Trump," katanya.

(Fiki Ariyanti)

Topik Menarik