Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bayangi Prospek Dolar AS di 2026
IDXChannel - Tahun yang suram bagi dolar Amerika Serikat (AS) dinilai akan berakhir dengan tanda-tanda stabilisasi. Namun, banyak investor meyakini pelemahan mata uang tersebut akan berlanjut di 2026 seiring membaiknya pertumbuhan global dan berlanjutnya pelonggaran kebijakan The Federal Reserve (The Fed).
Dolar AS merosot 9 persen sepanjang tahun ini terhadap sekeranjang mata uang utama, berada di jalur kinerja terburuknya dalam delapan tahun terakhir.
Pelemahan ini didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, menyempitnya selisih suku bunga dengan mata uang utama lainnya, serta kekhawatiran atas defisit fiskal AS dan ketidakpastian politik.
Investor secara luas memperkirakan dolar akan melemah lebih lanjut karena bank sentral utama lainnya cenderung menahan atau bahkan memperketat kebijakan, serta pergantian Ketua The Fed, yang diperkirakan membawa arah kebijakan yang lebih dovish bagi bank sentral tersebut.
Dolar biasanya melemah ketika The Fed memangkas suku bunga, karena suku bunga AS yang lebih rendah membuat aset berdenominasi dolar kurang menarik bagi investor, sehingga menurunkan permintaan terhadap mata uang tersebut.
"Faktanya, dolar AS masih terlalu mahal dari sudut pandang fundamental,” kata kepala strategi pasar di perusahaan pembayaran korporasi global Corpay, Karl Schamotta, dilansir Reuters, Senin (22/12/2025).
Menentukan arah pergerakan dolar menjadi penting bagi investor mengingat peran sentral mata uang ini dalam sistem keuangan global.
Dolar yang lebih lemah mendongkrak laba perusahaan multinasional AS dengan meningkatkan nilai pendapatan luar negeri saat dikonversi kembali ke dolar, sekaligus meningkatkan daya tarik pasar internasional melalui keuntungan nilai tukar di luar kinerja aset dasarnya.
Meski dolar sempat menguat dalam beberapa bulan terakhir, di mana indeks dolar naik hampir 2 persen dari level terendah September, para ahli strategi valuta asing umumnya tetap mempertahankan proyeksi dolar yang lebih lemah pada 2026, menurut survei Reuters yang dilakukan pada 28 November hingga 3 Desember.
Nilai tukar efektif riil dolar secara luas, yang mengukur nilainya terhadap sekeranjang besar mata uang asing dengan penyesuaian inflasi yang berada di level 108,7 pada Oktober, hanya sedikit turun dari rekor tertinggi 115,1 pada Januari. Hal ini menunjukkan dolar AS masih tetap overvalued, menurut data Bank for International Settlements (BIS).
Selain itu, ekspektasi pelemahan dolar bergantung pada konvergensi tingkat pertumbuhan global, dengan keunggulan pertumbuhan AS diperkirakan menyempit seiring momentum ekonomi di negara-negara besar lainnya.
“Saya pikir yang berbeda kali ini adalah negara-negara lain di dunia akan tumbuh lebih cepat tahun depan,” kata manajer portofolio di Brandywine Global, Anujeet Sareen.
Stimulus fiskal Jerman, dukungan kebijakan China, serta perbaikan prospek pertumbuhan di zona euro diperkirakan mengurangi premi pertumbuhan AS yang selama ini menopang dolar, menurut para investor.
“Ketika negara-negara lain mulai menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik, itu mendukung pelemahan dolar yang berkelanjutan,” kata direktur strategi pendapatan tetap dan valuta asing di Amundi, Paresh Upadhyaya.
Bahkan, investor yang meyakini fase terburuk pelemahan dolar telah berlalu menilai, bahwa setiap tekanan signifikan terhadap pertumbuhan AS dapat membebani mata uang tersebut.
Divergensi Bank Sentral
Ekspektasi bahwa The Fed akan terus memangkas suku bunga, sementara bank sentral utama lainnya menahan atau menaikkan suku bunga, juga berpotensi menekan dolar.
Dengan Jerome Powell yang akan mundur dan memberi ruang bagi Presiden Trump menunjuk Ketua The Fed berikutnya, pasar juga berpotensi mematok ekspektasi kebijakan yang lebih akomodatif tahun depan, seiring dorongan Trump untuk suku bunga yang lebih rendah.
Beberapa kandidat Ketua The Fed yang dikenal publik, termasuk penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett, mantan Gubernur The Fed Kevin Warsh, dan Gubernur The Fed saat ini Chris Waller, pernah menyuarakan pandangan bahwa suku bunga seharusnya lebih rendah dari level saat ini.
Sementara itu, para pelaku pasar memperkirakan Bank Sentral Eropa (ECB) akan mempertahankan suku bunga pada 2026, meski kemungkinan kenaikan suku bunga belum sepenuhnya dikesampingkan. ECB menahan suku bunga acuannya pada pertemuan Desember dan merevisi naik sebagian proyeksi pertumbuhan dan inflasi.
Proyeksi Dapat Berubah
Meski pandangan jangka panjang cenderung mengarah pada pelemahan dolar, investor mengingatkan bahwa penguatan dolar dalam jangka pendek tetap mungkin terjadi.
Antusiasme investor yang berlanjut terhadap kecerdasan buatan (AI) dan arus modal yang mengalir ke saham-saham AS dapat menopang dolar dalam waktu dekat.
Dorongan terhadap pertumbuhan AS dari dibukanya kembali pemerintahan setelah penutupan tahun ini serta pemotongan pajak yang disahkan tahun ini juga berpotensi mengangkat dolar pada kuartal pertama 2026.
(NIA DEVIYANA)










