Sejarah Malam 1 Suro Tahun Baru Jawa dan Tradisi yang Dilakukan Masyarakat

Sejarah Malam 1 Suro Tahun Baru Jawa dan Tradisi yang Dilakukan Masyarakat

Terkini | inews | Sabtu, 6 Juli 2024 - 05:16
share

JAKARTA, iNews.id - Sejarah malam 1 Suro menarik untuk diulas. Malam 1 Suro merupakan malam pergantian kalender Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram atau Tahun Baru Islam dalam kalender hijriah.

Dalam Majalah Adiluhung Edisi 24 bertajuk Tradisi Suro, malam 1 Suro dirayakan pada malam setelah maghrib sebelum pergantian hari. 

Lalu bagaimana sejarah malam 1 Suro? Berikut iNews.id rangkum dari berbagai sumber, Jumat (5/7/2024).

Sejarah Malam 1 Suro 

Malam 1 Suro merupakan perwujudan akulturasi sistem kalender. Dikutip dari buku 'Sejarah' terbitan Yudhistira, kalender itu mulai berlaku pada 8 Juli 1633 bertepatan dengan 1 Muharram 1403 H.

Oleh karena itu, keistimewaan malam 1 Suro adalah bersamaan dengan perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharram. Kemudian, kalender Jawa disesuaikan dengan nama-nama bulan dalam tahun hijriah.

Dulunya, masyarakat Jawa menggunakan sistem penanggalan Saka yang dipakai turun-temurun oleh umat Hindu. Namun saat Raja Mataram Sultan Agung menjabat, sistem penanggalan diubah menjadi gabungan dari kalender hijriah (Islam), masehi, dan saka.

Hal itu dilakukan guna memperluas ajaran Islam tanpa memecah belah persatuan masyarakat yang sudah lebih dahulu menggunakan kalender Saka. Kemudian, penyatuan kalender dilakukan dengan dimulai sejak Jumat Legi bulan Jumadil akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi.

Dari kalender baru yang digunakan, 1 Suro adalah hari pertama. Sedangkan di kalender Hijriah, hari tersebut bertepatan dengan tanggal 1 bulan Muharram.

Nama Suro digunakan sebagai nama bulan Muharram karena mengacu pada penamaan hari kesepuluh atau hari Asyura dalam bulan tersebut. Hari yang istimewa bagi umat Islam itu juga menjelma menjadi bulan yang kerap dinantikan oleh masyarakat Jawa.

Tradisi Malam 1 Suro

Beragam tradisi dilakukan masyarakat Jawa saat malam 1 Suro. Masyarakat di Surakarta merayakan malam 1 Suro dengan membawa kebo bule atau kerbau putih yang diarak dalam kirab.

Sementara malam 1 Suro di Yogyakarta dirayakan melalui arak-arakan kirab dengan membawa benda-benda pusaka atau Grebeg Suro. Raja beserta keluarga dan pengikutnya akan mengeluarkan sejumlah pusaka kerajaan pada malam itu.

Tradisi ini menitikberatkan pada ketenteraman batin dan keselamatan sehingga diselingi doa dalam ritualnya.

Selain itu dikenal pula tradisi berziarah ke makam leluhur dan tempat-tempat suci pada malam 1 Suro. Ziarah yang dilakukan dipercaya membawa keberkahan dan keberuntungan.

Sedangkan di Kendal, masyarakat akan makan bersama di tempat terbuka pada malam hari. Aksi ini disebut Tradisi Barikan.

Mereka duduk beralaskan tikar dan membawa makanan masing-masing. Makanan itu akan ditukar atau dibagikan ke warga lain untuk disantap bersama-sama.

Topik Menarik