Lima Jenderal Bintang 3 TNI Jadi Gubernur DKI, Nomor 2 Ajudan Panglima Soedirman

Lima Jenderal Bintang 3 TNI Jadi Gubernur DKI, Nomor 2 Ajudan Panglima Soedirman

Terkini | inews | Sabtu, 5 Oktober 2024 - 15:57
share

JAKARTA, iNews.id - Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan hari ulang tahun ke-79 pada Sabtu (5/10/2024) hari ini. Puncak perayaan digelar di lapangan Monumen Nasional, Jakarta dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi), juga menteri pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Perjalanan 79 tahun menjadi catatan panjang TNI dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai prestasi gemilang diukir di dalam dan luar negeri. Perlintasan sejarah itu juga diwarnai dengan tampilnya prajurit-prajurit terbaik yang pernah memimpin administratif daerah.

Khusus di DKI Jakarta, delapan sosok berlatar belakang militer pernah dipercaya memimpin Ibu Kota. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya purnatugas dengan pangkat tiga bintang emas di pundak alias letnan jenderal.

Data iNews.id, delapan gubernur DKI Jakarta dari TNI yaitu Brigjen TNI (Pur) Daan Jahja ((1949-1950), Mayjen TNI (Pur) dr Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964, 1965-1966), Letjen KKO (Pur) Ali Sadikin (1966-1977), dan Letjen TNI Tjokropranolo (1977–1982).

Selain itu, Letjen TNI (Pur) Suprapto (1982-1987), Letjen TNI (Pur) Wiyogo Atmodarminto (1987-1992), Jenderal TNI (Hor) (Pur) Soerjadi Soedirja (1992-1997), dan Letjen TNI (Pur) Sutiyoso (1997-2007). Di luar mereka, sebenarnya terdapat Mayjen TNI (Pur) Basuki Rahmat yang sempat memimpin Jakarta pada 18 Maret 1966- 28 April 1966. Namun statusnya sebagai penjabat, bukan gubernur definitif.

Catatan menarik patut disematkan pada Daan Jahja. Tentara penumpas pemberontakan Kapten Westerling itu dipercaya Presiden Soekarno menjadi gubernur militer Jakarta pada usia 25 tahun dan masih berpangkat letnan kolonel. Itu terjadi pada tahun 1948.

Disebut gubernur militer lantaran Jakarta kala itu dalam kondisi darurat. Belanda kembali menjajah Indonesia, kali ini dengan kedok baru sebagai Netherlands Indies Civil Administration alias NICA. 

“NICA melakukan Agresi Militer Belanda 1 pada kurun 20 Juli hingga 4 Agustus 1947. Dalam agresi ini, pemerintahan Belanda bertujuan memperbesar wilayahnya dan menguasai wilayah yang kaya akan sumber daya alam,” tulis ensiklopedi Kemdikbud, dikutip Sabtu (5/10/2024).

Sebagian besar karier militer Daan Jahja ditempa Pasukan Siliwangi. Ketika pasukan Divisi Siliwangi melakukan long march dari Jawa Tengah ke Jawa Barat atas perintah Panglima Besar Jenderal Soedirman, Daan ditangkap musuh.

“Dalam perjalanan Letkol Daan Jahja, kepala divisi dan Mayor Daeng, komandan batalyon, ditangkap Belanda di Kebumen. Penangkapan ini tidaklah menghentikan gerakan long march Divisi Siliwangi bersama keluarga dan rakyat Jawa Barat,” tulis Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah 2.

Daftar Jenderal Bintang 3 TNI Jadi Gubernur DKI: 

1. Letjen KKO (Pur) Ali Sadikin

Keras dan agak kontroversial. Simpel tapi langsung ke tujuan. Dia merupakan gubenur DKI Jakarta paling legendaris. “Orangnya keras. Dalam Bahasa Belanda malah ada orang yang dia koppige vent, koppige,” kata Soekarno, dikutip dari buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia.

Lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927, Ali bercita-cita menjadi pelaut. Pria yang kelak akrab disapa Bang Ali itu lantas masuk sekolah pelayaran di era penjajahan Jepang. Di zaman kemerdekaan, Ali lantas masuk BKR-Laut, cikal bakal TNI AL.

Karier militernya diisi dengan berbagai penugasan. Suami dari dokter gigi Nani Sadikin ini antara lain pernah menjabat Wadan Resimen Samudera Pasukan CA IV (1949), Perwira Operasi CA IV/Pasukan SWK.S V, Wakil Panglima KKO AL (1950–1953), Danpusdiklat KKO AL (1954–1959), dan Deputi II Panglima Angkatan Laut (1959-1963).

Oleh Bung Karno dia lantas dipercaya masuk kabinet dengan jabatan Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja IV (1963–1964), lalu Menteri Koordinator Kompartimen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan (1964–1966). Pada 1966 Ali ditunjuk sebagai Gubernur KDH DKI Jakarta dan menjabat hingga 1977.

Bang Ali meninggal dunia di Singapura pada 20 Mei 2008. Selama menjabat gubernur, berbagai kebijakan dan tindakan ikonik dilakukannya antara lain pembangunan Taman Ismail Marzuki, Kebon Binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Institut Kesenian Jakarta dan lainnya.

2. Letjen TNI (Pur) Tjokropranolo

Tentara kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, 21 Mei 1924 ini mengawali karier militer dengan mengikuti pendidikan militer era penjajahan Jepang, Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor, Jawa Barat.  Lulus dia ditunjuk sebagai komandan peleton (shodancho) hingga mengikuti pelatihan gerilya Yugekitai di Salatiga, hingga Agustus 1945.

Seperti kebanyakan pemuda Indonesia, setelah Jepang kalah dari sekutu, Tjokropranolo bergabung BKR di Magelang, sampai menjabat komandan deputi penjaga markas Tentara Keamanan Rakyat atau TKR. Catatan emas dalam perjalanan hidupnya antara lain kala dia menjadi pengawal pribadi/ajudan Jenderal Besar Soedirman di Yogyakarta pada 1946. Kala itu dia menyandang pangkat kapten. 

Letjen TNI Tjokropranolo terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta melalui rapat pemungutan suara untuk menentukan pucuk pimpinan Ibu Kota itu pada 1977. Sebelumnya dia merupakan penjabat gubernur selama 80 hari. Dalam pemilihan di gedung Dewan, pria yang kelak akrab disapa Bang Nolly itu mendapatkan 32 suara dari 40 suara anggota DPRD. 

“Tjokropranolo merupakan calon terkuat dari tiga calon yang ada yakni HR Suwondo (mantan gubernur) dan R Sukiyat (tokoh buruh). Dalam pemilihan keduanya mendapatkan masing-masing empat suarat,” kata Restu Gunawan dalam buku Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa. 

3. Letjen TNI (Pur) Raden Soeprapto

Letjen TNI R Soeprapto juga mengawali karier ketentaraannya juga dari era Jepang dengan bergabung di pasukan Peta. Berbagai jabatan yang pernah diembannya antara lain Wadanyon 428, 441 (1951–1955), Waas III Pers Staf Ter IV (1957–1960), Danmen Taruna Akmil (1960–1964), hingga Asisten 2/OPS Kodam VII Diponegoro (1964–1967).

Setelah itu Kasdam XVII/Cenderawasih (1968–1969) dan dipromosikan sebagai Panglima Kodam XVI/Udayana (1970–1972). Jenderal asal Solo ini lantas masuk Mabesad sebagai Asisten V Renlitbang KSAD (1972–1973) dan selanjutnya dikaryakan sebagai Asrenum Hankam (1973–1976) dan Sekretaris Jenderal Depdagri (1976–1982).

Setelah kepemimpinan Tjokropranolo, lulusan Seskoad pada 1964 ini dipercaya sebagi gubernur DKI Jakarta kurun 1982–1987. Selepas jadi gubernur, politikus Golkar ini masuk Senayan dan diplot sebagai wakil ketua MPR periode 1987–1992 dari Utusan Daerah. Soeprapto meninggal dunia pada 26 September 2009 dalam usia 85 tahun. 

4. Letjen TNI (Pur) Wiyogo Atmodarminto

Letjen TNI Wiyogo Atmodarminto atau akrab disapa Bang Wi ketika menjabat gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992 lahir pada 22 November 1922. Karier militernya bermula di Militaire Acedemie Yogyakarta. Sejarah mencatat, Wiyogo termasuk salah satu pelaku sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949.

Kariernya mentereng. Bang Wi sukses menembus tiga bintang emas di pundak dengan menjabat Panglima Kostrad (1978–1981). Sebelum menjadi pemegang tongkat komando tertinggi Pasukan Cakra, dia dipercaya sebagai orang nomor satu Kowilhan II pada rentang 1981–1983.

Dari Kostrad, dia dikirim ke luar negeri dengan penugasan di luar struktur militer yaitu duta besar RI untuk Jepang. Pekerjaan ini dilakoninya pada era 1983 hingga 1987. Soeharto kepincu dengan kinerja Wiyogo. Dari Negeri Sakura, Bang Wi diplot Pak Harto menjadi gubernur DKI.

Berbagai terobosan yang dilakukan antara lain pembebasan kawasan becak, pembangunan jalan lingkar luar (outer ring road), memindahkan Pekan Raya Jakarta dari Monas ke Kemayoran, juga menggusur Terminal Cililitan ke Kampung Rambutan. Wiyogo meninggal dunia pada usia 89 tahun di Jakarta.

5. Letjen TNI (Pur) Sutiyoso

Siapa tak kenal Bang Yos? Jenderal bintang 3 didikan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ini termasuk salah satu gubernur DKI Jakarta yang dikenang karena kebijakannya yang tegas tanpa pandang bulu meskipun bagi sebagian orang dianggap kontroversial. 

Mantan Kasdam Jaya ini tak lain aktor di balik lahirnya moda transportasi publik Transjakarta. Kala itu, niatnya membuat jalur bus (busway) bebas hambatan di koridor-koridor utama Ibu Kota ditentang sebagian besar masyarakat. Namun Sutiyoso tak kendur. 

Pada Sidang Paripurna DPRD DKI Jakarta 6 Oktober 1997, Sutiyoso dilantik Menteri Dalam Negeri Yogie S Memet. Pelantikannya berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 284/M Tanggal 18 September 1997. Bang Yos menjabat untuk periode 1997-2002.

Perjalanan sejarah akhirnya menempatkan Bang Yos sebagai orang nomor satu Jakarta selama 10 tahun. Pada 2002, dia bersama Fauzi Bowo kembali terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI periode 2002-2007.

Yang menarik, dalam rentang waktu tersebut Sutiyoso mencatatkan sejarah unik tersendiri. Mantan Asisten Personel Kopassus ini menjadi satu-satunya gubernur DKI yang menyaksikan pergantian lima presiden RI. Dimulai dari Soeharto, BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Topik Menarik