Revitalisasi Posyandu: Tangan Dingin Sitti Rohmi dalam Transformasi Kesehatan dan Ketahanan Keluarga di NTB

Revitalisasi Posyandu: Tangan Dingin Sitti Rohmi dalam Transformasi Kesehatan dan Ketahanan Keluarga di NTB

Terkini | inews | Kamis, 10 Oktober 2024 - 08:55
share

JAKARTA, iNews.id - Program Posyandu telah hadir di Indonesia selama hampir 49 tahun yang dikenal sebagai Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Posyandu lahir untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat dengan fokus pada kemandirian dalam memenuhi kebutuhan gizi, penanggulangan diare, imunisasi dan program keluarga berencana.

Posyandu dicanangkan Presiden di Yogyakarta pada tahun 1986 dan program ini semakin diakui sebagai salah satu inisiatif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Namun perkembangan zaman menuntut peninjauan dan pembaruan fungsi Posyandu. Urbanisasi, perubahan iklim dan pola hidup tidak sehat menjadi tantangan yang harus dihadapi sehingga perlu ada revitalisasi agar posyandu tetap relevan.

Awalnya, posyandu berfokus pada tiga kegiatan utama: menimbang berat badan balita, pemberian makanan tambahan dan imunisasi. Kini, pendekatan kesehatan yang holistik dan terintegrasi diperlukan, menjadikan posyandu melayani seluruh kelompok umur dari anak-anak hingga lansia.

Revitalisasi posyandu dimulai pada tahun 2019 saat Sitti Rohmi Djalilah menjabat sebagai Wakil Gubernur NTB. Program ini bertujuan mengubah posyandu tradisional menjadi posyandu keluarga yang tidak hanya berfokus pada kesehatan anak, tetapi juga seluruh anggota keluarga dalam satu dusun untuk menciptakan sinergi dalam menjaga kesehatan.

Transformasi ini memperluas akses layanan kesehatan dan mengubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Kader Posyandu diberdayakan untuk menjadi agen perubahan, dengan pelatihan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan lebih luas.

Sitti Rohmi Djalilah berperan penting dalam implementasi program ini. Melalui kebijakan dan tindakan nyata, dia mendorong partisipasi masyarakat. Program ini bukan hanya inisiatif kebijakan, tetapi juga gerakan sosial termasuk partisipasi masyarakat dalam menjalaninya.

Pendekatan Sitti Rohmi dalam kampanye tidak terfokus pada program besar saja. Dia lebih kepada mendengarkan aspirasi masyarakat dan memberikan insentif bagi kader posyandu yang mencakup penghargaan atas dedikasi mereka dalam melayani masyarakat. Ini mencerminkan komitmen terhadap peran kader sebagai ujung tombak kesehatan.

Perkembangan Posyandu Keluarga di NTB menunjukkan hasil signifikan. Saat program dicanangkan pada 2019, hanya 14 persen posyandu bertransformasi. Pada 2020, angka ini meningkat menjadi 29,7 persen dan setelah Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2021, jumlah Posyandu Keluarga melonjak menjadi 100 persen. Di semester pertama 2023, sudah ada 7.724 unit Posyandu Keluarga di seluruh NTB.

Peningkatan jumlah ini mencerminkan keberhasilan program dalam menjangkau masyarakat. Posyandu Keluarga memberikan akses layanan dan pendidikan kesehatan, seperti pola makan bergizi dan imunisasi.

Kader posyandu memegang peran vital, tidak hanya sebagai petugas kesehatan tetapi juga pendidik dan penggerak masyarakat. Mereka membangun solidaritas sosial melalui penyuluhan dan kegiatan yang melibatkan masyarakat, menciptakan lingkungan sehat serta mengorganisir berbagai aktivitas penyuluhan.

Revitalisasi ini juga menjadi respons terhadap masalah kesehatan mendesak seperti stunting. Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Posyandu Keluarga berupaya mengatasi stunting, menurunkan kematian ibu dan bayi serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya asupan gizi seimbang.

Data menunjukkan tren penurunan stunting di NTB dari 25,5 persen pada 2019 menjadi 14,76 persen pada Februari 2023 sebagai indikator keberhasilan program.

Kunci sukses revitalisasi terletak pada kolaborasi berbagai sektor. Sitti Rohmi berhasil mengonsolidasikan berbagai pihak, termasuk Dinas Sosial, Dinas Koperasi dan NGO untuk menciptakan jangkauan layanan lebih luas. Kolaborasi ini sangat penting dalam mendukung masing-masing sektor untuk bekerja lebih efektif.

Meskipun demikian, program ini menghadapi tantangan. Kendala sumber daya manusia, keterbatasan anggaran dan kesadaran masyarakat yang rendah di beberapa daerah perlu diatasi melalui usaha berkelanjutan untuk menjaga kualitas layanan Posyandu Keluarga. 

Sitti Rohmi berkomitmen mendukung program ini dan berharap semua pihak berkolaborasi dalam menjaga keberlangsungan Posyandu Keluarga, melalui kampanye dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Revitalisasi posyandu di NTB merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Program ini tidak hanya memberikan akses layanan kesehatan, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk memahami serta menjaga kesehatan mereka. Dengan sinergi antara pemerintah, kader posyandu dan masyarakat, diharapkan tercipta perbaikan berkelanjutan dalam kesehatan dan kesejahteraan di NTB.

Pengalaman ini mengajarkan bahwa fungsi posyandu yang optimal dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat, khususnya dalam konteks kesehatan dan ketahanan keluarga. Revitalisasi Posyandu Keluarga mengubah paradigma pendekatan kesehatan masyarakat, menjadikannya lebih inklusif dan memperkuat jaringan sosial.

Seharusnya gerakan ini dapat diteruskan di seluruh Indonesia, bukan hanya program pemerintah tetapi juga inisiatif masyarakat untuk hidup sehat dan sejahtera. Komitmen Sitti Rohmi Djalilah telah menunjukkan bahwa dengan dedikasi dan kerja sama erat, perubahan berkelanjutan dan berarti dapat diwujudkan. Ini merupakan kesempatan untuk berkontribusi menciptakan masa depan lebih baik bagi generasi mendatang.

Oleh: Yuli S Komalasari, Aktivis Perempuan NTB

Topik Menarik