Badai Matahari Terjang Bumi pada 10-11 Oktober, Begini Penampakan Langit Malam

Badai Matahari Terjang Bumi pada 10-11 Oktober, Begini Penampakan Langit Malam

Terkini | inews | Sabtu, 12 Oktober 2024 - 13:07
share

NEW YORK, iNews.id - Dampak badai matahari membuat langit malam di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa, bersinar dengan warna merah-keunguan serta hijau, pada Kamis (10/10/2024). Langit berkilau dengan palet cahaya utara atau aurora borealis.

Pemandangan itu bahkan bisa dilihat dari atap-atap gedung di Kota New York, sepanjang pantai Maine Portland, hingga Skotlandia dan Rusia.

Mata manusia dihibur dengan kilauan warna-warni yang menari dalam kegelapan. 

Pengamat dari Pusat Prakiraan Cuaca Antariksa Amerika Serikat menjelaskan, pertunjukan alam yang luar biasa itu berlangsung hingga 11 Oktober malam di beberapa negara bagian. Fenomena langka tersebut tak hanya bisa dilihat oleh mereka yang posisinya lebih dekat dengan Kutub Utara, melainkan juga bisa dilihat di Midwest bagian bawah hingga Oregon.

Cahaya-cahaya menakjubkan itu berasal dari ledakan dahsyat di permukaan matahari atau dikenal dengan ejeksi massa korona (CME). Ledakan itu memuntahkan partikel ke ruang angkasa dengan kecepatan maksimal 4 juta km per jam, memicu badai geomagnetik dahsyat. 

Secara sederhana, badai geomagnetik terjadi saat partikel-partikel yang dilepaskan dari ledakan di permukaan matahari tersebut sampai ke orbit Bumi.

Semakin besar ledakan, maka badai juga semakin kuat, memicu pertunjukan cahaya utara atau aurora borealis yang luar biasa. Bahkan pertunjukan kilauan cahaya malam yang menakjubkan itu tak hanya disaksikan oleh mereka yang tinggal di bagian Bumi paling utara, melainkan lebih ke equator.

Cahaya yang dihasilkan bernuansa hijau neon, ungu, dan merah muda.

Badai kali ini terjadi pada siklus puncak aktivitas matahari yang berlangsung setiap 11 tahun.

Sebenarnya ledakan dahsyat itu terjadi pada 8 Oktober, namun dampaknya baru dirasakan di Bumi pada 10 Oktober. Kecepatan lontaran partikel ledakan itu mencapai 2,4 juta km per jam, tak mencapai puncaknya.

Pusat Prakiraan Cuaca Antariksa mengklasifikasikan badai geomagnetik pada skala G1 hingga 5. G1 merupakan yang terkecil atau minor hingga G5 sebagai 'ekstrem'. 

Untuk kejadian ini, pusat prakiraan mengklasifikasikan badai di level G4 atau 'parah'. Ledakan sebelumnya yang terjadi pada Mei 2024 dikategorikan Mei sebagai G5.

Badai ekstrem bisa menyebabkan pemadaman listrik dan kerusakan pada infrastruktur di Bumi. Satelit juga mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan posisinya di orbit termasuk mengirim atau menerima informasi.

Topik Menarik