Kementan Jelaskan Produksi Beras di Tengah El Nino Berkepanjangan

Kementan Jelaskan Produksi Beras di Tengah El Nino Berkepanjangan

Ekonomi | inews | Rabu, 16 Oktober 2024 - 10:54
share

JAKARTA, iNews.id – Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengantisipasi dampak El Nino yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan telah menunjukkan hasil yang patut diapresiasi.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman selama 10 bulan masa jabatannya, fokus bekerja pada program peningkatan produksi yang ketat. Langkah ini menjawab kekhawatiran publik terkait kemampuan Indonesia dalam menjaga produksi beras di tengah tantangan iklim ekstrem.

Menurut Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Moch Arief Cahyono, sejak dilantik Oktober 2023, Mentan Amran beserta jajarannya mengambil langkah mitigasi untuk menghadapi dampak El Nino dengan mengoptimalkan sumber air melalui pompanisasi.

“Sejak November 2023, Pak Mentan sudah sampaikan ada potensi pergeseran masa tanam dan defisit produksi di awal 2024. Langkah cepat beliau adalah dengan realokasi eksternal dan internal anggaran Eselon I Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp1 triliun. Anggaran ini digunakan untuk penyediaan benih, alat dan mesin pertanian (alsintan), pupuk, dan pestisida,” kata Arief dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

Dalam konferenai pers pada Selasa (15/10/2024), Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional 2024  turun 760 ribu ton atau 2,43 persen dibandingkan 2023. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan, luas panen menurun karena dampak fenomena El Nino yang menyebabkan mundurnya musim tanam.

Arief membenarkan keterlambatan masa tanam yang terjadi pada akhir 2023 menyebabkan masa panen raya yang mestinya terjadi pada Maret-April 2024 bergeser.

Konsekuensinya, terjadi defisit produksi di awal 2024 yang ditutupi dengan pengadaan beras sebesar 3,5 juta ton dari luar negeri oleh Bulog. Namun dengan intervensi pompanisasi dan ketersediaan pupuk yang cukup, setelah panen raya pada April-Mei 2024, produksi bulanan sejak Agustus hingga prediksi Desember 2024 jauh melebihi produksi bulan yang sama pada 2023. 

Peningkatan produksi di tengah kekeringan ini menunjukkan program Penambahan Areal Tanam (PAT) yang digenjot Kementan awal 2024 membuahkan hasil. PAT dilakukan melalui optimasi lahan dan pompanisasi untuk meningkatkan indeks pertanaman sawah yang sebelumnya hanya tanam 1 kali setahun menjadi 2-3 kali dengan memaksimalkan sisa air yang tersedia.

"Pemerintah tetap optimis produksi beras akan terus membaik,” ucap Arief.

Arief menambahkan, peningkatan produksi juga didukung oleh kebijakan dalam penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Pemerintah, sejak awal 2024 telah menambah kuota pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton, dengan prosedur penebusan yang lebih mudah. Petani yang sudah terdaftar untuk mendapatkan pupuk subsidi  bisa menebus  pupuk dengan menunjukkan KTP asli.

"Dampaknya signifikan. Produksi beras periode Agustus hingga Oktober 2024 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 5 tahun sebelumnya secara berturut-turut," ujar Arief.

Data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi padi pada periode Agustus-Oktober 2022 mencapai 12,55 juta ton, begitupun pada 2023 sebesar 12,55 juta ton. Sementara itu, pada 2024, produksi padi meningkat menjadi 14,73 juta ton.

Bila diakumulasikan, produksi padi semester II-2024 mampu menghasilkan 23,36 juta ton, meningkat bila dibandingkan 2022 sebesar 22,44 juta ton dan 2023 sebesar 21,63 juta ton.

“Pemerintah terus bekerja dengan optimasi lahan dan indeks pertanaman lahan yang ada, sekaligus pula mempersiapkan lahan sawah baru melalui cetak sawah 3 juta hektare mulai 2025. Pemerintah optimistis paling lambat dalam 3 tahun ke depan Indonesia swasembada beras kembali, dan dalam beberapa tahun berikutnya akan ekspor dan menjadi lumbung pangan dunia,” tuturnya.

Topik Menarik