Pilpres AS: Kamala Harris di Atas Angin Punya Modal 226 Suara Elektoral, Trump 216
WASHINGTON, iNews.id - Pilpres Amerika Serikat 2024 akan berjalan sangat ketat. Namun di atas kertas, capres Kamala Harris berada di atas angin ketimbang Donald Trump, berdasarkan perkiraan suara elektoral dari negara bagian yang dikuasai Partai Demokrat maupun Republik.
Setiap kandidat harus mengumpulkan setidaknya 270 suara elektoral untuk memenangkan Pilpres AS 2024.
Menurut penghitungan beberapa media AS, Harris sudah menggenggam 226 suara elektoral dari negara-negara bagian yang secara konsisten mendukung atau condong ke Partai Demokrat atau biasa disebut wilayah biru.
Sementara Trump mengandalkan 219 suara elektoral dari wilayah-wilayah merah atau dikuasai Partai Republik.
Artinya Harris hanya membutuhkan 44 suara elektoral lagi untuk mencapai ambang batas 270. Sementara Trump membutuhkan 51 suara lagi.
Breaking News ! Pesta Miras Oplosan di Raja Ampat: Tiga Pelajar Meninggal, Tiga Lainnya Kritis
Oleh karena itu kedua kandidat mengandalkan suara dari tujuh negara bagian, yakni Georgia, Carolina Utara, Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Arizona, dan Nevada, yang pemilihnya masih mengambang. Tujuh negara bagian itu memiliki total 93 suara elektoral, dengan Pennsylvania terbanyak.
Hasil polling terbaru sebelum pemungutan suara, kedua kandidat bersaing sangat ketat di tujuh negara bagian tersebut dengan selisih 0-2 persen untuk keunggulan Trump di lima negara bagian. Sementara dua lainnya mengunggulkan Harris dengan selisih hampir 1 persen suara atas Trump.
Suara-suara pemilih dialokasikan ke negara bagian berdasarkan perwakilan mereka di Kongres. Jumlah anggota Electoral College bervariasi berdasarkan populasi penduduk di suatu wilayah.
Sebagai contoh, Delaware, negara bagian kecil dengan populasi sekitar 1 juta jiwa hanya memiliki 3 suara Elektoral. California, negara bagian terpadat di AS dengan sekitar 39 juta penduduk, memiliki 54 suara elektoral.
Di hampir setiap negara bagian, kandidat yang memperoleh suara terbanyak bisa merebut semua suara elektoral di wilayah itu. Dengan sistem ini berarti ada kemungkinan bagi seorang kandidat untuk memenangkan suara populer secara keseluruhan, namun kalah dalam Electoral College.