Medvedev: Ukraina Tak Akan Menang Perang dengan Menyerang Rusia Pakai Rudal Jarak Jauh AS
MOSKOW, iNews.id - Mantan presiden Rusia yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Dmitry Medvedev memperingatkan serangan rudal jarak jauh Ukraina ke negaranya tak akan berpengaruh apa pun. Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan lampu hijau kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh ATACMS menyerang wilayah Rusia.
Menurut Medvedev, rudal jarak jauh AS tak akan bisa membuat Ukraina memenangkan peperangan.
"Rudal-rudal tersebut tidak akan bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap aksi militer musuh. Tidak begitu penting siapa dan kapan yang membuat keputusan untuk menggunakan rudal balistik taktis dan rudal jelajah jarak jauh negara-negara NATO 'jauh ke dalam wilayah' Rusia," ujarnya, dikutip dari Sputnik, Rabu (20/11/2024).
Upaya serupa, lanjut Medvedev, pernah terjadi sebelumnya, namun gagal.
Dia menegaskan pemerintahan AS saat ini sengaja menciptakan eskalasi konflik. Oleh karena itu, dia mendesak pemerintahan Donald Trump yang akan diresmikan Januari 2025 bisa menanganinya.
Penggunaan rudal dari negara anggota NATO, lanjut Medvedev, bisa dikategorikan sebagai serangan dari blok pertahanan tersebut terhadap Rusia. Itu sudah cukup bagi Rusia untuk menggunakan doktrin pencegahan nuklir, membalasnya dengan senjata pemusnah massal kepada Ukraina.
Rusia merilis revisi doktrin nuklir baru, Prinsip-Prinsip Dasar Kebijakan Negara Federasi Rusia tentang Pencegahan Nuklir, pada Selasa kemarin yang ditandatangani Presiden Vladimir Putin.
Dokumen itu mencantumkan 10 ancaman yang memenuhi syarat untuk direspons dengan nuklir. Di antara ancaman itu adalah pengerahan kekuatan militer di dekat perbatasan Rusia, pengembangan sistem rudal antibalistik, penyebaran sistem senjata konvensional yang dapat menyerang wilayah Rusia, dan potensi rencana sabotase yang dapat menyebabkan bencana lingkungan berskala besar.
Daftar pemicu pembalasan nuklir mencakup informasi intelijen yang terkonfirmasi mengenai serangan besar-besaran menggunakan pesawat, rudal, dan drone, setelah senjata tersebut melintasi wilayah udara Rusia.