Harga Minyak Mentah Turun usai Israel Sepakat Gencatan Senjata dengan Hizbullah

Harga Minyak Mentah Turun usai Israel Sepakat Gencatan Senjata dengan Hizbullah

Ekonomi | inews | Rabu, 27 November 2024 - 07:20
share

HOUSTON, iNews.id - Harga minyak turun pada perdagangan Selasa (26/11/2024) usai Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah. Ini sekaligus mengurangi premi risiko minyak.

Harga minyak mentah Brent turun 20 sen atau 0,27 persen menjadi 72,81 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup ke level 68,77 dolar AS per barel, turun 17 sen atau 0,25 persen.

Melansir Reuters, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menuturkan, kesepakatan antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah diharapkan mulai berlaku pada hari ini, Rabu (27/11/2024).

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia siap untuk melaksanakan gencatan senjata dan akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran oleh Hizbullah.

Pada hari Senin, harga minyak turun lebih dari 2 dolar AS setelah beberapa laporan bahwa pihak yang bertikai telah menyetujui persyaratan gencatan senjata.

Gencatan senjata dapat menekan harga minyak mentah karena pemerintah AS kemungkinan akan mengurangi sanksi terhadap minyak dari Iran, pendukung Hizbullah. 

Sementara itu, negara-negara anggota OPEC+ sedang membahas penundaan lebih lanjut untuk kenaikan produksi minyak yang direncanakan yang akan dimulai pada bulan Januari. 

Kelompok tersebut memompa sekitar setengah dari minyak dunia dan telah merencanakan untuk secara bertahap mengurangi pemotongan produksi minyak dengan sedikit peningkatan selama beberapa bulan pada tahun 2024 dan 2025. 

Namun, perlambatan permintaan China dan global, serta peningkatan produksi di luar kelompok tersebut telah menghambat rencana tersebut.

"Ada bara api dalam api ketika OPEC+ berupaya menunda lagi peningkatan produksi dan tarif Trump, tetapi itu tidak cukup untuk menggerakkan harga agar tetap berada di atas 70 dolar AS per barel untuk WTI," ucap John Kilduff dari Again Capital.

Topik Menarik