Netanyahu Sebut Gencatan Senjata di Lebanon Mungkin Singkat, Siapkan Perang Skala Penuh
TEL AVIV, iNews.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu siap melanjutkan perang di Lebanon jika kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah runtuh. Bahkan pada perang berikutnya, Israel akan mengerahkan kekuatan skala penuh.
"Saya belum berbicara tentang akhir dari perang, saya hanya bicara tentang gencatan senjata, mungkin singkat. Kami akan menggunakan kekuatan," kata Netanyahu, dikutip dari Sputnik, Jumat (29/11/2024).
Dia telah memberi perintah kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk memulai perang skala penuh jika terjadi pelanggaran terhadap gencatan senjata.
Waktu gencatan senjata, lanjut dia, akan digunakan untuk menambah kekuatan personel serta persenjataan.
Sebelumnya Tentara Nasional Lebanon menyebut pasukan Israel melanggar perjanjian gencatan senjata beberapa kali pada Rabu dan Kamis atau hanya beberapa jam setelah kesepakatan dicapai. Israel dan Hizbullah menyepakati gencatan senjata sejak Rabu (27/11/2024) pukul 04.00 waktu setempat.
"Setelah perjanjian gencatan senjata diumumkan, musuh Israel melanggar perjanjian tersebut beberapa kali, melalui pelanggaran udara dan menargetkan wilayah Lebanon menggunakan berbagai senjata," bunyi pernyataan militer Lebanon di media sosial X.
Militer Lebanon menindaklanjuti pelanggaran tersebut dengan melaporkannya kepada otoritas terkait. Mereka memantau pelanggaran gencatan senjata tersebut secara ketat.
Israel menyerang warga di Lebanon Selatan pada Kamis dini hari menyebabkan dua orang luka. Serangan udara Zionis ditujukan terhadap sebuah kendaraan yang sedang melintas di Markaba.
Militer Zionis juga menembakkan amunisi tank di Ayta Al Shaab, Bent Jbeil, Khiam, Taybe, Wazzani, dan pinggiran Kfarshouba. Selain itu drone pengintai Israel terbang di atas Distrik Tyre dan Bent Jbeil pada Kamis pagi.
Dalam kesepakatan gencatan senjata, Israel akan menarik pasukannya dari Lebanon selatan dalam 60 hari. Sementara itu tentara Lebanon akan mengerahkan pasukannya ke perbatasan di Lebanon selatan.
Pejuang Hizbullah juga harus menjauh 30 km dari perbatasan menyeberangi Sungai Litani.
Pelaksanaan gencatan senjata akan diawasi oleh AS dan Prancis, namun rincian tentang mekanisme penegakannya masih belum jelas.