Diam-Diam, Bashar Al Assad Jalin Komunikasi dengan Israel via WhatsApp

Diam-Diam, Bashar Al Assad Jalin Komunikasi dengan Israel via WhatsApp

Terkini | inews | Sabtu, 28 Desember 2024 - 11:01
share

TEL AVIV, iNews.id - Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengungkap percapakan rahasia Bashar Al Assad dengan pejabat pemerintahan Zionis. Kontak itu terjalin saat Assad masih menjabat presiden.

Menurut laporan yang dirilis pada Jumat (27/12/2024) tersebut, Assad berkomunikasi dengan pejabat Israel melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp.

Israel melakukan operasi rahasia untuk menjalin kontak dengan Assad serta beberapa orang di lingkaran dalamnya. Pesan tersebut awalnya dikirim oleh agen intelijen Israel, menyebut dirinya sebagai Musa, di WhatsApp. Pesan tersebut sampai ke pejabat tinggi Suriah.

Salah satu operasi di antaranya berupaya untuk menegosiasikan kesepakatan rahasia di mana Assad akan menghentikan pengiriman senjata ke Lebanon dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Laporan itu mengungkap, pada akhir 2019, Yossi Cohen, saat itu menjabat sebagai kepala badan intelijen Israel Mossad, dijadwalkan bertemu Assad di Kremlin. Namun, Assad membatalkan pertemuan tersebut.

Direktorat Intelijen Militer Aman disebut mengirim pesan itu kepada Menteri Pertahanan Suriah saat itu, Ali Abbas. Pesan itu dikirim setelah serangan udara Israel terhadap target yang diklaim terkait dengan Iran atau Hizbullah di Suriah.

Assad digulingkan oleh kelompok oposisi bersenjata yang dipimpin Hayat Tahrir Al Sham (HTS) pada 8 Desember lalu. Dia lalu melarikan diri ke Rusia dan bersama istri serta keluarganya mendapat suaka politik atas dasar kemanusiaan.

Penggulingan tersebut sekaligus mengakhiri rezim keluarga Assad, mealui Partai Baath yang, terlah berkuasa lebih dari 50 tahun. Rezim Assad, termasuk Hafez Al Assad, memimpin dengan kejam, tak segan-segan membantai atau menyiksa orang-orang yang berseberangan dengan pemerintahannya.

Sejak penggulingan Assad itu, militer Israel untuk pertama kali sejak 1974 memasuki wilayah Suriah di luar Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berdalih Israel harus membuat zona penyangga beberapa kilometer dari perbatasannya untuk memastikan keamanan nasional dari serangan kelompok yang baru menguasai Suriah.

Namun pendududukan wilayah Israel itu jelas-jelas melanggar hukum internasional dan perjanjian yang disepakat setelah Perang Yom Kippur pada 1974. Israel memanfaatkan konflik yang berlangsung di Suriah untuk mencaplok wilayahnya.

Topik Menarik