Tak Rela Israel Gencatan Senjata dengan Hamas, Menteri Radikal Ben Gvir Ancam Mundur 

Tak Rela Israel Gencatan Senjata dengan Hamas, Menteri Radikal Ben Gvir Ancam Mundur 

Terkini | inews | Rabu, 15 Januari 2025 - 06:26
share

TEL AVIV, iNews.id - Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengancam akan mengundurkan diri jika pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meneken  kesepakatan gencatan senjata di Gaza dengan Hamas. Politikus sayap kanan radikal itu sejak lama menolak kesepakatan damai dengan Hamas.

Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat itu kemungkinan besar akan ditandatangani pada pekan ini. Menurut laporan media, pada prinsipnya Hamas dan para pejabat Israel sudah menyepakati poin kesepakatan, termasuk pertukaran tahanan.

Ben Gvir tak ingin sendirian, mengajak politikus sayap kanan lainnya, yakni Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, untuk juga mundur dari pemerintahan Netanyahu.

"Langkah ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk mencegah pelaksanaan (kesepakatan) itu, dan mencegah Israel menyerah kepada Hamas, setelah lebih dari setahun perang berdarah, di mana lebih dari 400 tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) tewas di Jalur Gaza, dan untuk memastikan bahwa kematian mereka tidak sia-sia," kata Ben Gvir di media sosial X, Selasa (14/1/2025).

Dia menegaskan Israel harus melanjutkan serangan militer di Gaza sampai Hamas menyerah.

Sementara itu Smotrich mengataka pada Senin (13/1/2025), menolak kesepakatan dengan Hamas. Namun dia enggan keluar dari pemerintahan.

Mayoritas menteri Israel diperkirakan akan mendukung kesepakatan gencatan senjata bertahap tersebut.

Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan 46.000 orang lebih. Sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Sementara itu di pihak Israel, sekitar 1.200 orang tewas. Selain itu sekitar 250 orang disandera, namun sekitar 100 di antaranya telah dibebaskan dalam gencatan senjata pada November 2023. Sisa sandera yang masih hidup diperkirakan tak lebih dari 100 orang.

Beberapa keluarga sandera menentang kesepakatan tersebut karena khawatir Hamas hanya akan membebaskan sebagian saja. Berdasarkan kesepakatan itu, dalam gencatan senjata tahap pertama yang berlangsung 42 hari, Hamas akan membebaskan 34 sandera Israel.

Topik Menarik