Sosok Dyah Suraprabhawa Raja Terakhir Majapahit Sebelum Runtuh
Kerajaan Majapahit terus mengalami kemunduran setelah Hayam Wuruk bertahta. Beberapa kali perang saudara hingga adanya kekisruhan di internal istana menciptakan konflik dan menunggu waktu kerajaan besar ini akan runtuh. Bahkan dari beberapa literasi dipercaya Dyah Suraprabhawa menjadi raja terakhir di Kerajaan Majapahit.
Kisah raja terakhir Majapahit ini konon tercantum dalam Kakawin Pararaton dan secara eksplisit digambarkan pada Prasasti Waringin Pitu bertarikh tahun 1447. Dari prasasti Pamintihan, 1473 terbukti bahwa yang dimaksud dengan gelar anumerta Sang Mokta Ring Kadaton I Caka 1400 ialah Dyah Suraprabhawa. Jadi Dyah Suraprabhawa mangkat pada tahun 1478.
Pada Kakawin Pararaton disebutkan pengganti Hyang Purwawisesa itu didahului oleh dua hal yakni pengisi tahta Kerajaan Tumapel setelah Dyah Suraprabhawa pergi ke Majapahit untuk menjadi raja sebagai pengganti Hyang Wisesa dan hubungan kekeluargaan Dyah Suraprabhawa dengan mendiang Sang Sinagara yang memerintah Majapahit dari tahun 1451 sampai 1453.
Meski tergolong membingungkan pernyataan tersebut, sebagaimana pernyataan Sejarawan Prof Slamet Muljana pada bukunya "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", hal pertama bertalian dengan Bhre Pandan Salas, yang naik tahta di Kerajaan Tumapel pada tahun 1466. Sebab tahta Kerajaan Tumapel itu kosong disebabkan kepergian Dyah Suraprabhawa ke Majapahit untuk menjadi raja di sana. Ditambahkan bahwa Bhre Pandan Salas hanya memerintah Tumapel selama dua tahun saja. Sesudah itu dia meninggalkan kraton.
Hal kedua mengenai aluran Dyah Suraprabhawa dengan Sang Sinagara. Sebenarnya aluran itu dapat dikatakan secara singkat sekali, dengan kata-kata bahwa Dyah Suraprabhawa ialah adik Sang Sinagara. Tetapi penggubah Pararaton memilih jalan berkepanjangan dengan menyebut nama-nama putra Sang Sinagara yang berpaman kepada Sang Prabhu Dyah Suraprabhawa.
Dari daftar penguasa-penguasa daerah pada zaman pemerintahan Sri Kertawijaya seperti ditunjukkan oleh prasasti Waringin Pitu, bertarikh 1447, Dyah Suraprabhawa ialah penguasa daerah Tumapel, menggantikan Sri Kertawijaya yang pada waktu itu ditabalkan sebagai raja di Majapahit.
Pada waktu itu Dyah Suraprabhawa mengambil nama abhiseka Singawikramawardhana. Setelah menjadi raja di Majapahit pada tahun 1466, Dyah Suraprabhawa mengambil nama Abhiseka Giripati Prasuta Bhupati Ketabhuta, seperti ditunjukkan oleh Prasasti Pamintihan, bertarikh 1473.