Dr.Kurtubi : Paradoks Kebijakan Energi Amerika Serikat

Dr.Kurtubi : Paradoks Kebijakan Energi Amerika Serikat

Terkini | mataram.inews.id | Kamis, 23 Januari 2025 - 15:30
share

Jakarta,iNewsmataram.id-Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014-2019 Doktor H.Kurtubi mengkritisi pengelolaan migas di Indonesia dalam dua dekade terakhir.

Menurutnya, produksi migas di tanah air terus menurun setiap tahun. Belajar dari pengelolaan migas di Amerika Serikat yang menerapkan teknologi Explorasi Produksi Oil Shale yang sudah proven.

Menurutnya, Amerika kini menjelma menjadi produsen migas terbesar di dunia mengalahkan OPEC plus Saudi Arabia Cs dan Russia.

"Ini bertolak belakang dengan pengelolaan migas di tanah air dalam dua dekade terakhir di mana prodoksi migas turun setiap tahun, Target lifting dalam APBN gagal tercapai setiap tahun. Sehingga Indonesia harus mengimport migas dalam jumlah yang sangat besar,"ujar Kurtubi kepada wartawan Kamis (23/1/2025.

Dia menilai ketahanan energi nasional sangat lemah dan parah. Hal ini disebabkan oleh kehadiran UU migas nomor 22/2001 dengan mencabut UU migas nomor 44/Prp/1960 dan UU Pertamina nomor.8/1971.

 

UU migas nomor.22/2001 yang diendorcse oleh IMF dinilai sangat buruk dan merugikan negara.Terlebih, belasan pasal dari UU ini sudah divonis Inskonstitusional karena sudah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi.

Selain UU ini menciptakan sistem tata kelola migas yang sangat buruk,j uga tidak disukai investor karena Pasal 31 dari UU ini meeajibkan investor membayar pajak dan PNBP meski masih dalam tahap exsplorasi dan belum berproduksi.

UU tersebut dinilai bertentangan dengan sistem kontrak bagi hasil. Di samping perizinan untuk melakukan exsplorasi harus diurus sendiri oleh investor asing maupun investor dalam negeri.

"Fakta empirik hingga saat ini UU migas nomor 22/2001 yang melanggar konstitusi dan menjadi penyebab negara harus mengimpor migas dalam jumlah sangat besar, Namun faktanya tetap dipertahankan dan dipakai hingga hari ini. Padahal, Presiden dan menteri ketika dilantik bersumpah dan berjanji Untuk menaati konstitusi, "ungkapnya.

Terkait itu, maantan pengajar ekonomi energi Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) ini mengatakan wajar-wajar saja jika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan kebijakan untuk memanfaatkan sumberdaya alam misalnya yang sangat besar saat ini.

 

"Masak harta berupa cadangan migas ini akan dibiarkan terpendam di perut bumi secara mubazir," paparnya.

Tidak heran,kata Kurtubi jika kini Amerika Serikat kembali menyatakan tidak keluar dari Paris Agreement on Climate Change.

Namun, di sisi lain faktanya hingga kini Amerika masih tetap konsisten menggunakan energi bersih non fosil dengan menggunakan energi nuklir terbanyak dunia dengan PLTN yang beroperasi sebanyak 95 unit dalam menghasilkan listrik bersih bebas emisi karbon CO2 dan bebas pollutants SOx, NOx fan debu.

Hal itu sama seperti yang dihasilkan oleh PLTU batubata yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Khususnya disekitar Jakarta yang menjadi salah satu penyebab utama udara di Jakarta menjadi salah satu yang terburuk di dunia.

Topik Menarik