Tan Malaka dalam Balutan Kisah Cinta yang Memilukan

Tan Malaka dalam Balutan Kisah Cinta yang Memilukan

Nasional | okezone | Rabu, 4 September 2024 - 07:13
share

JAKARTA - Tan Malaka, pejuang kemerdekaan legendaris yang diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden RI Nomor 53 ditandatangani pada 28 Maret 1963. Tokoh yang dijuluki Bapak Republik Indonesia ini memilih untuk hidup melajang, tidak seperti banyak pemimpin republik lainnya di dunia.

Kendati tak banyak informasi tentang kehidupan cinta Tan Malaka, ada beberapa kisah yang diketahui, meski tidak diceritakannya dalam memoarnya, Dari Penjara ke Penjara.

Cerita yang dihimpun dari berbagai sumber, bermula di sebuah kota kecil di Sumatera Barat, di mana seorang pemuda bernama Ibrahim, yang kelak dikenal sebagai Tan Malaka, merasakan cinta pertamanya. Ibrahim yang sedang belajar di Kweekschool, Bukittinggi, bertemu dengan Syarifah Nawawi, gadis cerdas yang menjadi teman sekelasnya.

Hubungan mereka berkembang di tengah masa-masa sekolah, namun terpaksa diuji ketika Ibrahim harus memilih antara cinta dan tanggung jawab keluarga. Ibrahim akhirnya memutuskan untuk menerima gelar Datuk yang ditawarkan keluarganya. Keputusan itu yang memisahkannya dari Syarifah.

Setelah menjadi Datuk Tan Malaka, ia melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Sementara jarak dan waktu semakin memperlebar jarak antara dirinya dan Syarifah.

Tanpa kabar dari Ibrahim, Syarifah akhirnya menikah dengan Bupati Cianjur, RAA Wiranatakusumah. Namun, pernikahan itu tidak membawa kebahagiaan, dan akhirnya berujung pada perceraian.

Tan Malaka, yang terluka oleh kegagalan cinta pertamanya, memilih untuk hidup tanpa ikatan cinta yang serius. Meskipun sempat menjalin hubungan dengan seorang gadis Belanda bernama Fenny Struijvenberg selama berada di Belanda, kisah cintanya tidak berlanjut.

Tan Malaka tampaknya terus terbebani oleh kenangan akan Syarifah, sehingga memilih untuk fokus pada perjuangan politiknya. Pengalaman pahit ini mungkin turut mendorong Tan Malaka ke arah komunisme, yang baginya bukan hanya ideologi politik, tetapi juga pelarian dari luka batin.

Di kemudian hari, Tan Malaka kembali bertemu dengan beberapa wanita dalam perjalanannya, namun tidak ada yang berhasil menambatkan hatinya. Dalam perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan, Tan Malaka terus terlibat dalam revolusi di berbagai negara.

Tan kemudian sempat merasakan cinta di Filipina dan Tiongkok, sayangnya hubungan-hubungan tersebut berakhir tragis karena tekanan dari aktivitas politik dan pengungsian yang harus dilakukannya.


Ketika akhirnya kembali ke Indonesia, Tan Malaka sempat terlibat dalam hubungan serius dengan Paramita Abdurrachman, keponakan Ahmad Soebardjo.Namun, sekali lagi, perjuangan politik menghalangi kehidupan pribadinya, dan cinta tersebut tidak pernah mencapai jenjang pernikahan.

Tan Malaka meninggal dunia pada 1949, ditembak oleh tentara Indonesia, meninggalkan dunia sebagai seorang pejuang tanpa cinta, seorang revolusioner yang mengorbankan kebahagiaan pribadi demi perjuangan bangsanya.Kenangan akan Syarifah Nawawi tetap menjadi bayangan dari cinta yang hilang, yang menghantui setiap langkahnya dalam perjalanan panjang menuju kemerdekaan.

Topik Menarik