Kisah Penguasa Majapahit Nikahi Gayatri yang Berusia Belasan Tahun
RADEN Wijaya, penguasa Kerajaan Majapahit resmi menikahi Gayatri sebagai istri ketiganya. Pernikahan itu digelar usai Raden Wijaya ditahbiskan sebagai raja pertama di Majapahit.
Gayatri sendiri akhirnya sepakat menerima pinangan dari Raden Wijaya di usianya yang masih muda sekitar 19 tahun.
Mereka sepakat untuk menikah begitu Wijaya diangkat sebagai Raja Majapahit. Dalam keadaan normal, tentunya kedua orangtua Gayatri akan mencarikan jodoh yang cocok untuknya. Namun, situasi sekarang jauh dari normal.
Gayatri yang sudah menjadi yatim piatu akibat kematian Kertanagara dan permaisurinya, akibat serangan mendadak Jayakatwang, memilih dinikahi oleh Raden Wijaya yang juga menikahi kakaknya. Konon pernikahan antara Raden Wijaya dan Gayatri semasa muda didasari rasa suka sama suka.
Pilihan Gayatri menikah dengan Raden Wijaya memang hal lumrah, dan bukan melalui perjodohan, kawin lari, atau main culik, melainkan pernikahan yang didasari pilihan pribadi, sebagaimana dikutip dari "Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit".
Laznas BMH-iBantu Luncurkan Crowdfunding Berbasis Blockchain, Zakat Infak Sedekah Lebih Transparan
Bagi Gayatri, suaminya haruslah seseorang yang berasal dari kelas sosial ksatria seperti halnya para leluhurnya, dan juga seorang penguasa yang memiliki kepribadian dan visi yang kuat seperti ayahandanya. Mpu Triguna, seorang penyair pada masa itu, dengan jitu menyarikan bagaimana kecocokan pasangan dalam perkawinan ditentukan sesuai dengan kasta-kasta yang ada dalam masyarakat Jawa.
Mpu Triguna mencatatkan bagaimana hubungan antara Raden Wijaya dan Gayatri istri ketiganya setelah Tribhuwana dan Dara Petak, yang tak kalah cantik serta berusia masih muda.
"Aku tak perlu bicara tentang perkawinan rakyat jelata karena mereka saling bersanding atas kesepakatan bersama. Ketika yang-kaya menikahi yang-kaya, harta-emas, permata dan perak-pun harus jadi mahar."
"Seorang guru agama harus menikahi gadis brahmana. Namun, bagi seorang penguasa/kasta ksatria, yang harus ditebus adalah keperkasaan dan kemauan untuk bertempur dengan gagah berani."
Di mata Gayatri, tak seorang pun mampu memberikan contoh lebih baik seorang pemimpin yang berani kecuali kekasihnya, Raden Wijaya hingga akhirnya pada 10 November 1293, upacara penasbihan Raden Wijaya sebagai raja diselenggarakan secara sekuler, menyusul upacara penyucian beberapa hari sebelumnya yang digelar secara religius.
Upacara ini menandai kelahiran kerajaan baru Majapahit, yang utamanya terdiri dari negeri Kediri dan Singhasari, serta Pulau Madura, dengan Majapahit sebagai ibu kotanya. Raden Wijaya kini menyandang nama resmi kerajaan Kertarajasa Jayawardhana.
Selanjutnya, ia menerbitkan sebuah prasasti yang menjelaskan bahwa nama yang disandangnya secara tak langsung mengacu pada program-program kerajaannya, untuk memulihkan dan memajukan negeri yang telah dirusak oleh para pencoleng, untuk menghancurkan musuh dengan trisula (lambang kemenangan Wijaya); serta untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan kehidupan beragama, demi kepentingan seluruh rakyat.
la juga mengumumkan siapa saja bakal menjadi penasihat utamanya dan bagaimana provinsi-provinsi Majapahit akan dikelola. Adapun bagi Gayatri, peristiwa besar dalam hidupnya adalah saat Wijaya menikahinya beberapa minggu setelah naik tahta.
Melihat masalah-masalah yang dihadapi Majapahit, sebetulnya Gayatri sudah puas dengan upacara perkawinan sederhana saja. Namun, Raden Wijaya memberitahu Gayatri ia akan menggelar pesta perkawinan penuh "sebagai penghormatan atas mempelai mudanya yang cantik".
Ia pun telah menakar keuntungan politik yang akan diperoleh dari mengundang sebanyak-banyaknya rakyat yang lelah berperang, untuk ikut serta dalam perayaan cinta dan keluarga yang diadakan secara besar-besaran.