3 Negara yang Akan Diserang Israel Demi Wujudkan Israel Raya, Salah Satunya di Jantung Dunia Arab

3 Negara yang Akan Diserang Israel Demi Wujudkan Israel Raya, Salah Satunya di Jantung Dunia Arab

Berita Utama | okezone | Rabu, 2 Oktober 2024 - 16:16
share

PALESTINA -  Konsep Israel Raya menimbulkan banyak kontroversi karena berhubungan erat dengan konflik geopolitik terutama dengan Palestina dan negara-negara Arab di sekitarnya. Israel Raya merupakan sebuah konsep yang mengacu pada wilayah dan kedaulatan yang dianggap sebagai bagian dari tanah bersejarah Israel sesuai yang disebutkan dalam Alkitab.

Melansir New Lines Magazine, konsep ini tidak didukung oleh semua kelompok di Israel, namun didukung oleh sebagian kalangan sayap kanan Israel yang menginginkan kontrol penuh Israel atas wilayah tersebut. Dalam pandangan ini, wilayah Israel Raya mencakup wilayah yang lebih luas daripada Israel saat ini yaitu meliputi daerah yang termasuk dalam bagian negara-negara seperti Palestina, Yordania, Suriah, dan Lebanon.

1. Yordania

Yordania dan Israel menandatangani perjanjian damai pada tahun 1994. Namun, hubungan kedua negara menjadi tegang setelah serangan Israel yang tidak pandang bulu terhadap Gaza dan tindakan militer mereka di Lebanon. Sebagian besar warga Yordania berasal dari Palestina dan sering terjadi protes menentang perang Gaza di luar Kedutaan Israel di Amman.

Berdasarkan laman The New Arab, seorang pebisnis Israel yang dekat dengan Perdana Menteri Netanyahu, Roni Mizrachi, menyatakan bahwa setelah serangan Israel di Lebanon, Yordania mungkin menjadi target berikutnya. Dia mengatakan bahwa Yordania bisa mengalami situasi serupa dengan Lebanon, di mana Iran memiliki pengaruh besar terhadap kelompok-kelompok seperti Hizbullah.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, berupaya mengusulkan kesepakatan damai. Safadi menyatakan bahwa semua negara Arab siap menjamin keamanan Israel jika Israel setuju untuk membentuk negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967. Akan tetapi, ancaman terhadap Yordania ini meningkatkan kekhawatiran bahwa Israel mungkin mempertimbangkan tindakan militer terhadap Yordania, meskipun Safadi menekankan solusi damai.

2. Suriah

Melalui First Post, hubungan antara Israel dan Suriah telah lama diwarnai ketegangan, terutama terkait sengketa wilayah Dataran Tinggi Golan yang menjadi alasan utama Israel sering menyerang Suriah. Dataran Tinggi Golan, secara geografis merupakan dataran tinggi berbatu di barat daya Suriah, memiliki luas sekitar 1.200 km persegi.  Israel ingin mempertahankan kekuasaan atas Dataran Tinggi Golan, sebuah wilayah strategis yang direbut dari Suriah dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Wilayah ini penting karena ketinggiannya memberikan keuntungan militer bagi Israel untuk mengawasi Suriah. Mesir, dan Yordania.

Setelah merebut wilayah ini, Israel secara efektif menguasainya dan menetapkan kontrol penuh atas daerah tersebut. Meskipun Suriah berusaha merebut kembali Golan dalam Perang Yom Kippur pada tahun 1973, akan tetapi mereka gagal dan pada tahun 1981, Israel secara sepihak merebut wilayah tersebut dengan memberlakukan hukum Israel di sana. Meskipun Suriah terus menuntut pengembalian Dataran Tinggi Golan, Israel tetap mempertahankan kontrol atas wilayah itu. Pada tahun 2019, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, sebuah keputusan yang memperkuat posisi Israel tetapi menimbulkan kecaman dari banyak negara di dunia dan meningkatkan ketegangan dengan Suriah.

 

Suriah adalah salah satu musuh utama Israel sejak berdirinya negara Israel pada 1948. Namun, keterlibatan Iran semakin memperumit keadaan, karena merupakan sekutu dekat rezim Suriah. Iran telah lama mendukung kelompok-kelompok milisi seperti Hizbullah di Lebanon, yang berbasis dekat dengan perbatasan Israel. Israel khawatir bahwa Iran ingin membangun basis permanen di Suriah, termasuk di Dataran Tinggi Golan untuk melancarkan serangan terhadap Israel. Oleh karena itu, Israel sering melakukan serangan terhadap target Iran dan kelompok milisi yang didukung Iran di Suriah untuk mencegah ancaman keamanan terhadap negaranya.

3. Lebanon

Menyadur The Jerusalem Post, Ketegangan antara Israel dan Lebanon dilatar belakangi oleh sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1948, ketika Lebanon ikut serta dalam serangan Arab terhadap Israel yang baru terbentuk. Ketegangan semakin meningkat selama Perang Saudara di Lebanon, kemudian Perang Israel dan Lebanon yang pertama hingga kini.

Israel menyerang Lebanon pada tahun 1982 sebagai respons terhadap serangan dari Organisasi Pembebasan Palestina atau Palestine Liberation Organization (PLO), yang telah beroperasi di Lebanon Selatan dan melancarkan serangkaian serangan terhadap Israel. Setelah adanya percobaan pembunuhan terhadap duta besar Israel, Perdana Menteri Israel saat itu yaitu Menachem Begin, memerintahkan invasi untuk menghancurkan PLO. Meskipun ada ketidakjelasan tentang siapa yang benar-benar bertanggung jawab atas percobaan pembunuhan tersebut, namun akhirnya tujuan invasi Israel adalah untuk menargetkan PLO dan sekutu Suriah.

Untuk melakukan ini, Israel beraliansi dengan kelompok Kristen Maronit di Lebanon dan berhasil menduduki sebagian besar Lebanon Selatan yang mengakibatkan PLO pindah dari Lebanon dan terbentuknya rezim baru di bawah Bachir Gemayel. Namun, setelah pembunuhan Gemayel dan pembantaian di Sabra dan Shatila, Israel tidak dapat mempertahankan posisinya dan akhirnya menarik diri dari Lebanon pada tahun 1985.

Konflik terbaru antara Israel dan Hizbullah dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Hizbullah melancarkan serangan di daerah Shebaa dan mendeklarasikan dukungannya untuk tindakan Hamas. Kemudian, Israel melancarkan serangan balasan yang lebih besar untuk meghilangkan Hizbullah demi keamanan nasionalnya. Ketegangan antara kedua belah pihak hingga kini semakin meningkat dan saling menyerang di wilayah perbatasan.

Topik Menarik