Kisah Jenderal Kopassus Bertaruh Nyawa di Ujung Bedil Pertempuran

Kisah Jenderal Kopassus Bertaruh Nyawa di Ujung Bedil Pertempuran

Berita Utama | okezone | Sabtu, 19 Oktober 2024 - 06:40
share

JAKARTA - Letnan Jenderal (Purn) Soegito adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah TNI, terutama di kalangan pasukan elite Kopassus. Lahir di Yogyakarta pada 15 Februari 1938, ia dikenal karena dedikasinya yang luar biasa dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. 

Salah satu momen paling bersejarah dalam kariernya terjadi saat memimpin Operasi Seroja di Timor Timur. Menukil buku biografi berjudul “Letjen (Purn) Soegito, Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen” pada 7 Desember 1975, mantan Panglima Komando Operasi Keamanan (Pangkoopskam) Timor Timur itu mengarahkan penyerbuan ke Kota Dili.

Kepemimpinan Soegito sangat terlihat dalam interaksinya dengan kelompok bersenjata Fretilin. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga menunjukkan kecerdasan strategis dalam meredakan ketegangan. 

Dalam pertemuannya dengan Mauk Muruk, pemimpin kelompok tersebut, Soegito menunjukkan keberanian luar biasa meskipun situasi sangat berisiko. Keputusan untuk bernegosiasi langsung, bahkan dalam kondisi tegang, mencerminkan tekadnya untuk mencapai penyelesaian damai.

Situasi tegang karena kelompok tersebut tidak mau senjatanya dilucuti. Membaca situasi yang tidak kondusif, Soegito memberikan sebuah pesan kepada staf pribadinya, Sertu Pardi.

"Kalau terjadi apa-apa, kamu hamburkan tembakan ke tempat duduk saya," perintah Soegito kepada Sertu Pardi.

Merasa bingung dengan perintah tersebut, Sertu Pardi bertanya, "Bagaimana kalau Bapak kena?" 

Soegito pun kembali menegaskan, "tidak peduli, tembak, habiskan saja."

 

Upaya Soegito cukup berhasil. Soegito meminta Mauk Muruk mengajak kelompok-kelompok bersenjata lainnya untuk turun gunung dan menyerahkan senjatanya. Beberapa tahun kemudian, Soegito mendapat informasi, Mauk Muruk yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan bisa berbahasa Inggris dan Indonesia memilih pindah ke Lisabon karena mungkin takut dihabisi teman-temannya.

"Mungkin dia takut dihabisi teman-temannya yang tidak menyerah atau mungkin ia konflik dengan Xanana," kata Soegito.

Dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”, Soegito mendapat pujian dari Prabowo.

Presiden terpilih RI periode 2024-2029 itu menekankan bahwa Soegito selalu berada di tengah-tengah pasukannya, menunjukkan nilai-nilai kepemimpinan yang ia pegang. 

Ia percaya bahwa dalam perang, setiap prajurit, tanpa memandang pangkat, menghadapi risiko yang sama. Prinsip ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati harus siap berbagi beban dan menghadapi tantangan bersama anak buahnya.
 

Topik Menarik