Kisah Miris Kehidupan Nyai dan Gundik di Zaman Kolonial Belanda

Kisah Miris Kehidupan Nyai dan Gundik di Zaman Kolonial Belanda

Nasional | okezone | Kamis, 31 Oktober 2024 - 12:07
share

JAKARTA- Kehidupan Nyai dan Gundik menarik untuk dibahas. Dalam era penjajahan Belanda, kebutuhan ekonomi mendesak telah membuat perempuan Pribumi yang berprofesi sebagai Nyai mengabaikan panggilan yang merendahkannya.

Salah satu adanya praktek pergundikan yang dilakukan Nyai yang terbentuk karean adanya kultur patriarki yang tumbuh di kalangan masyarakat Hindia Belanda. Tuntutan ekonomi juga menjadi salah satu penyebab maraknya pergundikan kala itu.

Dilansir dari berbagai sumber pada Rabu (30/10/2024), Okezone telah merangkum kehidupan Nyai dan Gundik, sebagai berikut.

Kehidupan Nyai dan Gundik

Gundik atau Nyai menjadi istilah yang digunakan orang zaman dulu untuk perempuan yang menjalin hubungan dengan lelaki Belanda, dapat sebagai pendamping sementara, teman tidur atau pasangan yang tidak resmi. Mereka kebanyakan tidak diakui secara resmi dan tidak mempunyai hak-hak yang setara dengan istri resmi.

Adanya Gundik dan Nyai mencerminkan dominasi budaya penjajahan yang merendahkan peran dan harga diri wanita pribumi kala itu dan mengeksploitasi mereka dengan cara seksual. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tidak sedikit perempuan yang bekerja sebagai Nyai pada pejabat daerah ataupun pada pegawai Belanda.

Nyai menjadi panggilan untuk seorang perempuan yang belum atau sudah menikah atau panggilan untuk seorang perempuan yang usianya lebih tua dari orang yang memanggil. Di samping itu, Nyai juga sebutan untuk gundik orang asing terutama orang Eropa.

 

Nyai atau gundik juga diibaratkan seorang istri tidak resmi atau selir yang mengatur rumah tangga dan juga memenuhi kebutuhan biologis laki-laki Eropa, serta menjadi ibu bagi anak-anak hasil hubungannya.

Pada masa kolonial terdapat dua tipe hubungan seksual yang banyak dilakukan oleh pegawai berkebangsaan Belanda terhadap perempuan Pribumi, yakni praktik pelacuran dan pergundikan.

Akibat maraknya pelacuran ini penyakit kelamin menyebar di kalangan tentara Belanda dan perempuan Pribumi karena mereka lebih sering melakukan praktik pelacuran dibandingkan dengan pegawai sipil Belanda. Bagi tentara sulit untuk memiliki rumah tetap yang digunakan sebagai tempat tinggal Nyai, karena tugas mereka yang berpindah-pindah.

Itulah informasi terkait kehidupan Nyai dan Gundik yang bisa Anda simak, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk selalu terus update berita dan info terkini Anda hanya di Okezone.

Topik Menarik