Cara MIND ID Tingkatkan Hilirisasi dan Industrialisasi di RI

Cara MIND ID Tingkatkan Hilirisasi dan Industrialisasi di RI

Terkini | okezone | Kamis, 23 Januari 2025 - 16:45
share

JAKARTA - Hilirisasi dan industrialisasi di sektor mineral dan batu bara menjadi salah satu Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Program ini terbukti mampu mendongkrak kinerja ekonomi nasional secara signifikan dan berpotensi memberikan dampak yang lebih besar dalam lima tahun ke depan.

1. Komitmen MIND ID

BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID pun berkomitmen untuk terus meningkatkan nilai tambah sumber daya alam mineral dan batu bara melalui proyek strategis yang terintegrasi. Upaya ini mencakup pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) serta kolaborasi erat dengan sektor manufaktur dalam negeri.

Corporate Secretary MIND ID, Heri Yusuf, menegaskan bahwa kekayaan sumber daya mineral Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang progresif, terutama jika dimanfaatkan secara optimal melalui hilirisasi.

Dengan integrasi yang lebih kuat bersama industri manufaktur, maka mineral batu bara Indonesia dapat menjadi produk akhir yang memiliki nilai tambah tinggi seperti baterai EV dan  kendaraan listrik.

“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam mineral dan batu bara melalui program hilirisasi, serta menjadi penggerak dalam industrialisasi sehingga dapat memberikan dampak nyata bagi perekonomian Indonesia,” ujar Heri, Kamis (23/1/2025). 

2.  Smelter Grade Alumina Refinery 

Dalam periode 100 Hari Kabinet Merah Putih, MIND ID telah mempercepat pengerjaan sejumlah proyek strategis yang menjadi pilar penting bagi hilirisasi dan industrialisasi, seperti proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.

Proyek ini masuk dalam periode masa kerja Presiden Parbowo Subianto karena tahap ramp-up produksi dijalankan pada kuartal pertama 2025, dan nantinya akan menghasilkan satu juta ton alumina per tahun.

Ada juga pembangunan Smelter Aluminium Baru di Kuala Tanjung oleh INALUM dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun. Proyek ini akan semakin memperkuat rantai pasok aluminium di dalam negeri guna mendukung swasembada aluminium.

 

3. Hilirisasi Nikel

Selanjutnya, pengembangan Proyek Nikel di Halmahera Timur yang mencakup pembangunan smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 88 ribu ton per tahun, serta fasilitas High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk memproduksi 55 ribu ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.

Di samping itu, pembangunan Smelter Tembaga dan Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik, Jawa Timur. Proyek yang direncanakan mulai beroperasi pada akhir kuartal ketiga 2025, menjadi tulang punggung pengolahan tembaga dan logam mulia di Indonesia.

Heri menekankan melalui proyek-proyek strategis ini, maka Indonesia memiliki kemampuan produksi bahan baku mineral yang besar untuk mendukung industri manufaktur.

"Kami membuka kolaborasi seluas-luasnya dengan seluruh pelaku industri manufaktur. Kami berharap bahan baku mineral ini dapat diolah lebih lanjut sehingga mampu memberikan nilai tambah serta multiplier effect ekonomi yang lebih besar bagi Indonesia," pungkasnya.

Topik Menarik