Mahasiswa ITS Ciptakan EyeXaminer untuk Deteksi Dini Retinopati Diabetik, Cegah Kebutaan Permanen
JAKARTA - Sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menghadirkan inovasi teknologi kesehatan bertajuk EyeXaminer, sebuah perangkat deteksi dini gangguan mata berbasis smartphone yang dirancang untuk mengantisipasi risiko kebutaan permanen.
Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi serius diabetes yang dapat menyebabkan kebutaan apabila tidak ditangani sejak awal. Sayangnya, proses pemeriksaan mata secara konvensional kerap memakan waktu lama, sehingga banyak pasien datang berobat ketika kondisi sudah memburuk. Menjawab persoalan tersebut, mahasiswa ITS menghadirkan solusi yang lebih praktis dan efisien.
Ketua tim EyeXaminer, Andi Bintang Adi Putra, menjelaskan bahwa pemeriksaan mata saat ini masih terkendala prosedur pra-pemeriksaan yang panjang. Pasien umumnya harus menunggu hingga 40 menit setelah penggunaan obat tetes mata untuk melebarkan pupil sebelum pemeriksaan dilakukan.
(Tim EyeXaminer ITS saat berhasil meraih Juara 2 kategori Poster dan Juara 3 kategori Presentasi pada bidang PKM Karsa Cipta dalam ajang Pimnas 2025. Foto: ITS)
Lagi Viral Gen ZTaiwan Jalan Menunduk seperti Budaya Indonesia, Netizen: Beneran Apa Ngejek?
“Kondisi ini membuat banyak pasien enggan memeriksakan diri lebih awal, sehingga baru datang ketika penyakit sudah dalam tahap parah,” ujarnya, dikutip dari laman resmi ITS, Kamis (18/12/2025).
Sebagai solusi, tim EyeXaminer mengembangkan alat fundus capture portabel non-mydriatic yang tidak memerlukan obat tetes mata. Perangkat ini memanfaatkan kamera smartphone yang dimodifikasi dengan teknologi inframerah serta dilengkapi eyecup khusus untuk menciptakan kondisi gelap total.
“Dalam kondisi gelap, pupil mata akan melebar secara alami sehingga proses pengambilan citra retina menjadi lebih nyaman dan cepat,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Abin tersebut.
Keunggulan utama EyeXaminer terletak pada penerapan teknologi Deep Learning dengan metode Convolutional Neural Network (CNN) Multimodal. Sistem ini mampu mengklasifikasikan tingkat keparahan retinopati diabetik ke dalam lima kategori, mulai dari kondisi normal hingga tahap paling berat, yaitu Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR).
Selain itu, EyeXaminer juga dapat memperkirakan risiko kebutaan berdasarkan sejumlah parameter klinis, seperti Indeks Massa Tubuh (IMT), usia, riwayat merokok, serta lamanya pasien menderita diabetes. Seluruh data tersebut dianalisis dengan mengombinasikan citra retina dan informasi klinis pasien.
Anggota tim EyeXaminer, Intan Fitri Hardyanti, yang merupakan mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS angkatan 2023, menyebutkan bahwa inovasi ini mampu memangkas waktu pemeriksaan secara signifikan.
“Jika sebelumnya pemeriksaan membutuhkan waktu hingga satu jam, dengan EyeXaminer prosesnya hanya memakan waktu sekitar satu sampai dua menit,” jelasnya.
Efisiensi dan inovasi tersebut mengantarkan tim EyeXaminer, di bawah bimbingan Dr. Shoffi Izza Sabila, S.Kom., meraih medali perak kategori Poster dan medali perunggu kategori Presentasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2025 dalam bidang PKM Karsa Cipta.
Ke depan, tim berencana mengembangkan prototipe lebih lanjut dengan menambahkan fitur pemfokusan kamera otomatis, memperluas dataset citra retina masyarakat Indonesia, serta meningkatkan kualitas kamera. Selain itu, kerja sama dengan rumah sakit juga tengah dijajaki guna memperoleh validasi data yang lebih komprehensif.
“Kami masih membutuhkan kolaborasi dengan lebih banyak rumah sakit agar data yang digunakan semakin beragam dan akurat,” ujar Abin.
Ia berharap EyeXaminer dapat diterapkan secara luas, khususnya di fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas. Dengan demikian, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini gangguan mata dapat meningkat dan risiko kebutaan permanen bisa ditekan.
Inovasi ini sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera serta poin ke-9 mengenai Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.










