Kaleidoskop 2025: Gelar Juara Dunia Ke-7 Marc Marquez yang Lebih dari Angka
LEBIH dari angka. Tulisan itu terpampang di kaus khusus yang dikenakan Marc Marquez usai memastikan gelar juara dunia ketujuhnya di kelas MotoGP di Sirkuit Twin Ring Motegi, Motegi, Jepang.
Tidak diketahui dengan pasti apa alasan Dorna Sports memberikan perayaan dengan tema ‘Lebih dari Angka’. Apa pun itu, perayaan sukses membuat Marquez terlihat lemah sebagai manusia dari sisi emosi.
Tapi tentu tidak dari sisi mental. Butuh kekuatan pikiran yang luar biasa untuk bangkit dari apa yang dialami Marc Marquez dalam kurun lima tahun terakhir.
1. Buka Dekade 2020 dengan Manis
Dekade 2020 dibuka dengan manis. Marc Marquez merebut gelar juara dunia keenam di MotoGP pada 2019. Bola 8 menjadi simbol jumlah titel juara dunia yang diraihnya di semua kelas.
Angka 8 kerap dianggap sebagai infinity alias keabadian karena tidak punya sudut tajam seperti angka-angka lain. Seluruh elemennya saling bertautan sehingga seperti sesuatu yang tidak ada ujungnya. Abadi.
Profil Raymond/Nikolaus sang Juara Australia Open 2025: Ukir Sejarah Kalahkan Fajar/Fikri di Final!
Memang, di dunia ini tidak ada yang abadi, termasuk dominasi Marc Marquez di pertengahan hingga akhir dekade 2010. Ia enam kali juara dunia di kelas MotoGP pada 2013, 2014, 2016, 2017, 2018, dan 2019.
Siapa sangka, 2020 malah jadi tahun yang sial. Marquez kecelakaan parah di Sirkuit Jerez-Angel Nieto, Jerez de la Fronterra, pada balapan MotoGP Spanyol 2020 yang digelar pada Juli, imbas pandemi Covid-19.
Lengan kanan bagian atasnya atau tulang humerus patah. Marquez berusaha keras untuk pulih lebih cepat dan turun di seri kedua, tapi itu malah fatal. Cederanya memburuk!
Marquez sampai harus menjalani operasi bedah dan absen semusim penuh! Ia memang bisa kembali pada 2021 dan sempat merebut tiga kemenangan tetapi setelah itu performanya melempem lagi.
Kali ini, Sirkuit Internasional Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), jadi mimpi buruk. Marquez mengalami kecelakaan fatal pada Maret 2022 hingga diplopia-nya atau gangguan penglihatan ganda kambuh.
Marquez memang masih bisa berlaga di MotoGP 2022 tapi tidak mampu meraih kemenangan. Masuk 2023, ia harus menghadapi kenyataan motor Honda RC213V bernomor 93 miliknya tidak kompetitif.
Puncak kekesalan Marquez terlihat di MotoGP Jerman 2023. Usai terjatuh di sesi latihan, ia mengacungkan jari tengah ke kamera on board yang terdapat di motor.
2. Frustrasi
Situasi itu bikin sang pembalap frustrasi. Ia hampir saja pensiun sebelum tawaran untuk membela Gresini Racing yang memakai motor Ducati Desmosedici GP, datang di pertengahan 2023.
Tapi, Marquez harus berkorban. Gajinya dipangkas besar-besaran. Ia mengandalkan pemasukan dari sponsor pribadi. Namun, perjuangan itu berbuah manis pada 2024. Tiga kemenangan berhasil diraih!
Marquez merasakan lagi nikmatnya perasaan kompetitif. Kursi di tim pabrikan Ducati Lenovo pun didapat untuk MotoGP 2025. Ia bakal mendapat senjata terbaik untuk memenuhi ambisi.
Benar saja, Marquez yang bahagia adalah Marquez yang berbahaya. Hanya dalam kurun semusim, ia mencetak 11 kemenangan di balapan utama dan 14 kali menang Sprint Race dari 17 seri yang diikutinya.
Total 73 kemenangan dan 126 podium diraihnya dalam 207 kesempatan start. Gelar juara dunia ketujuh atau yang kesembilan di semua kelas pun diraih dengan gaya.
Perdebatan terjadi soal jumlah gelar. Liberty Media selaku pemegang saham mayoritas Dorna Sports, tak menganggap dua gelar juara dunia di kelas 125cc (Moto3) dan 250cc (Moto2) milik Marquez.
3. Lebih dari Angka
Daripada menimbulkan perdebatan, dipilihnya ‘Lebih dari Angka’. Yang mana, ternyata gelar ini berarti lebih dari sekadar nomor buat Marquez. Ada darah, air mata, dan keringat, yang mengucur deras dalam empat tahun penuh derita.
Penderitaan tidak abadi, sementara kebahagiaan datang terlalu singkat. Tidak heran bila gelar juara itu disambut meriah oleh Marquez. Tangisnya pecah saat menyaksikan video yang dibuat Dorna Sports khusus untuknya.
Berani taruhan, ini bukan akhir dari Marc Marquez. Ambisinya masih menyala-nyala untuk memenangi lebih banyak balapan dan juara dunia kendati usianya tak lagi muda.
Hanya perasaan tidak kompetitif dan cedera yang mungkin akan menghentikan Marquez mengukir angka-angka yang membuat namanya abadi dalam sejarah. The best is yet to come. Yang terbaik darinya masih bisa datang.










