Mama-Mama Papua Belajar Seni Anyaman Bambu di Desa Tua Tigawasa, Bali Utara
BULELENG, iNewsSorong.id – Suara ketukan bambu yang berpadu dengan tawa dan canda terdengar dari Desa Tigawasa, sebuah desa tua di Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. Desa ini bukan hanya menjadi saksi sejarah Bali Utara, tetapi juga pusat kerajinan anyaman bambu yang sudah mendunia.
Semangat mama-mama Papua ikut pelatihan anyaman bambu. (FOTO: iNewsSorong.id - MEWA)
Kali ini, suasana desa terasa istimewa. Kelompok pengrajin Mama-Mama Papua dari Provinsi Papua Barat Daya datang jauh-jauh untuk belajar seni anyaman bambu yang telah menjadi ciri khas Tigawasa. Dengan semangat tinggi, para mama ini menggali ilmu baru yang mereka harapkan bisa memperkaya tradisi anyaman di tanah Papua.
Semangat mama-mama Papua ikut pelatihan anyaman bambu. (FOTO: iNewsSorong.id - MEWA)
4 Zodiak Paling Protektif ke Pasangan
Alida Tekege, salah satu peserta dari Kabupaten Tambrauw, mengaku sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan ini. “Saya sudah menekuni usaha menganyam selama lima tahun dengan bahan utama benang wall dan kulit genemo. Pelatihan ini membuka wawasan baru bagi kami untuk mengenal teknik anyaman bambu,” ujarnya.
Semangat mama-mama Papua ikut pelatihan anyaman bambu. (FOTO: iNewsSorong.id - MEWA)
Bagi Alida, belajar langsung dari para ahli di Tigawasa adalah pengalaman berharga. Dengan konsentrasi penuh, ia dan rekan-rekannya menyerap setiap langkah pembuatan anyaman, mulai dari teknik dasar hingga pola-pola unik yang menghasilkan tas, hiasan lampu, hingga tempat dupa.
I Gede Widarma, pemilik usaha kerajinan Kejapa Desa Tigawasa, menyambut baik kedatangan para tamu dari Papua. Ia melihat kesamaan semangat antara masyarakat Bali dan Papua dalam menjaga tradisi. “Setiap tamu yang datang ke sini tidak hanya membeli kerajinan, tetapi juga diajarkan teknik dasar menganyam. Harapan kami, mereka bisa membawa ilmu ini untuk terus berinovasi di tempat asal mereka,” katanya.
Semangat mama-mama Papua ikut pelatihan anyaman bambu. (FOTO: iNewsSorong.id - MEWA)
Widarma juga berbagi kisah tentang perannya memperkenalkan bambu sebagai ikon Desa Tigawasa dan Sidetapa, desa tetangga yang terkenal dengan teknik anyaman keranjang parcel. Ia percaya bahwa kolaborasi lintas budaya seperti ini mampu mengangkat nilai jual kerajinan lokal sekaligus mempererat persaudaraan antar daerah.
Kerajinan dari Desa Tigawasa memiliki nilai jual yang bervariasi, mulai dari Rp10.000 hingga Rp300.000, tergantung pada tingkat kerumitan dan ukuran. Para wisatawan sering datang tidak hanya untuk membeli, tetapi juga untuk merasakan pengalaman unik belajar menganyam langsung dari pengrajin lokal.
Semangat mama-mama Papua ikut pelatihan anyaman bambu. (FOTO: iNewsSorong.id - MEWA)
Semangat Mama-Mama Papua dalam belajar seni anyaman bambu ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antarbudaya bisa memperkaya tradisi dan membuka peluang baru di masa depan. Dengan membawa pulang teknik yang dipelajari di Tigawasa, mereka berharap bisa mengembangkan produk khas Papua yang lebih kreatif dan bernilai tinggi.
Desa Tigawasa pun sekali lagi membuktikan diri sebagai pusat kerajinan yang tak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga menginspirasi generasi baru untuk terus berkreasi.