Tragedi Kesya Lestaluhu: Femisida Keji dengan Relasi Kuasa Berlapis di Lingkungan TNI AL

Tragedi Kesya Lestaluhu: Femisida Keji dengan Relasi Kuasa Berlapis di Lingkungan TNI AL

Terkini | sorongraya.inews.id | Rabu, 22 Januari 2025 - 17:29
share

SORONG, iNewsSorong.id – Kasus tragis pembunuhan Kesya Lestaluhu (20) yang melibatkan seorang anggota TNI Angkatan Laut, Kelasi Agung Suyono Wahyudi Ponidi (23), menjadi sorotan tajam berbagai pihak. Komnas Perempuan menyebut tindakan ini sebagai kejahatan berbasis gender yang keji dan menunjukkan adanya relasi kuasa berlapis antara pelaku dan korban.

Komisioner Komnas Perempuan, Rainy Hutabarat, menegaskan bahwa kasus ini masuk dalam kategori femisida, yaitu pembunuhan terhadap perempuan yang bermotif gender. Menurut Rainy, kekejian tindakan pelaku tercermin dari 32 luka tusukan yang dialami korban serta tindakan pelucutan martabat korban, termasuk penyebaran foto dan video pascakejadian.

"Ini adalah bentuk penyiksaan berbasis gender yang sangat parah. Kasus ini tak hanya menunjukkan kekerasan fisik, tetapi juga penghancuran martabat korban sebagai perempuan," ujar Rainy dalam keterangan tertulis, Rabu (22/1/2025).

Komnas Perempuan menyoroti adanya relasi kuasa berlapis dalam kasus ini, mengingat pelaku adalah aparat negara. Rainy menjelaskan bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang anggota TNI AL terhadap seorang warga sipil mencerminkan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

"Dalam kasus ini, ada dimensi kekuasaan yang memperburuk situasi korban. Kekerasan tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi juga melalui intimidasi sistemik yang melibatkan posisi pelaku sebagai aparat negara," tegas Rainy.

Komnas Perempuan mendesak Polisi Militer Angkatan Laut (POM AL) untuk segera mengusut tuntas kasus ini dan memastikan pelaku menerima hukuman maksimal. Tak hanya itu, Rainy juga menuntut penerapan sanksi pidana yang berat terhadap pelaku, baik atas tindakan penyiksaan berbasis gender maupun pelanggaran etik sebagai aparat negara.

“Pihak berwenang harus memberikan sanksi tegas yang mencerminkan beratnya kejahatan ini, sehingga menjadi pelajaran bagi siapa pun yang menyalahgunakan kekuasaan,” ujarnya.

Rainy juga menyoroti dampak psikologis yang dialami keluarga korban, khususnya ibu Kesya, yang harus menghadapi trauma berat akibat kehilangan putrinya dengan cara yang begitu tragis. Komnas Perempuan meminta pemerintah untuk memberikan dukungan pemulihan psikis kepada keluarga korban.

"Kami berharap pemerintah dapat memastikan adanya layanan pemulihan trauma untuk ibu korban, mengingat besarnya beban psikologis yang ia tanggung," ungkapnya.

Kasus Kesya Lestaluhu mencerminkan urgensi untuk meninjau kembali mekanisme pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis gender, terutama yang melibatkan aparat negara. Komnas Perempuan menegaskan pentingnya reformasi sistem di lingkungan institusi keamanan agar kasus serupa tidak terulang.

Tragedi ini menjadi pengingat kelam bahwa kekerasan berbasis gender masih menjadi ancaman serius di masyarakat. Penegakan hukum yang adil dan perlindungan korban harus menjadi prioritas demi keadilan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Topik Menarik