Publik Figur Marak Kejar Gelar Akademik Doktoral, Ini Kata Pakar UM Surabaya

Publik Figur Marak Kejar Gelar Akademik Doktoral, Ini Kata Pakar UM Surabaya

Terkini | surabaya.inews.id | Selasa, 22 Oktober 2024 - 10:30
share

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Beberapa bulan terakhir diberitakan secara masif para publik figur (artis, pengusaha dan politisi) memperoleh gelar doktor, baik doktor honoris causa (HC) maupun doktor yang dicapai melalui proses akademik. Apa kira-kira yang membuat para publik figur tersebut tetap penting memperoleh gelar tersebut?

Radius Setiyawan Dosen Cultural Studies Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) melihat fenomena di atas merupakan upaya individu untuk memperkuat pengaruh dalam struktur sosial di masyarakat. 

Bourdieu seorang sosiolog terkemuka menyatakan bahwa untuk memperkuat posisi diri di masyarakat seseorang harus memiliki kapital. Kapital ekonomi meliputi kekayaan, sumber daya fisik, dan instrumen produksi yang dimiliki individu. 

Kapital budaya dipahami sebagai akses individu terhadap pendidikan dan posisi mereka dalam struktur sosial. Sementara itu kapital sosial dipahami sebagai akses jaringan dan kapital simbolik merupakan pengakuan sosial yang menghasilkan kekuasaan simbolik.

"Dalam konteks pendidikan, usaha yang dilakukan oleh beberapa publik figur merupakan upaya untuk memperkuat kapital budaya,” ujar Radius Selasa (22/10/24)

Radius menjelaskan, kapital budaya merupakan aset sosial yang dapat memengaruhi akses individu terhadap pendidikan dan posisi mereka dalam struktur sosial.

Dia juga menambahkan bahwa fenomena di atas menegaskan betapa arena pendidikan menjadi ruang penting. Apa yang dilakukan oleh para publik figur merupakan hal yang wajar dan normal. Tetapi akan menjadi masalah ketika dalam ptakteknya menujukkan gejala deotonomisasi dalam pendidikan. 

Radius Bilang, meraih gelar akademik tidak lagi dibutuhkan modal spesifik yang ketat dan serius. Modal sosial dan ekonomilah yang memegang peranan penting. 

"Bisa jadi sedang terjadi konversi atau pertukaran modal ekonomi untuk mendapatkan modal budaya. Hal tersebut akan semakin mengukuhkan dominasi aktor dalam arena sosial. Ketika hal tersebut terjadi, bisa jadi akan mengancam ekosistem pendidikan kita. Kondisi yang tentu mengkhawatirkan,” pungkas Radius

Topik Menarik