Tahun 2050 Jumlah Lansia di Indonesia Diprediksi Capai 20 Persen, Ini yang Harus Dipersiapkan

Tahun 2050 Jumlah Lansia di Indonesia Diprediksi Capai 20 Persen, Ini yang Harus Dipersiapkan

Terkini | okezone | Minggu, 1 September 2024 - 14:00
share

SAAT ini Indonesia memasuki fase ageing population, artinya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang semakin meningkat. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia pada 2023, hampir 12 persen atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia sudah masuk kategori lansia.

Peneliti Senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Sri Moertiningsih Adioetomo,PhD mengungkap bahwa penduduk lansia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 20 persen atau sekitar 50 juta jiwa lansia di 2050.


Seiring bertambahnya usia, Prof Sri mengatakan yang Namanya lansia akan mengalami penurunan kapasitas fungsional yang diperparah oleh penyakit tidak menular akibat gaya hidup tidak sehat sejak dini.



Telinga sudah tidak dengar, suka lupa dan lain-lain. Belum lagi lifestyle yang tidak sehat, merokok, tidak olahraga, makanan yang tidak seha, ujar Prof Sri dalam acara Enam Dekade Lembaga Demografi FEB UI: Generasi Silver Aktif dan Sejahtera di Indonesia Emas 2045, baru-baru ini.

Kemudian itu kalau lansia menjadi disable karena ada stroke, diabet, penyakit jantung koroner," jelasnya lagi.


Banyaknya populasi lansia di tahun 2050 tentu akan memberi beban pembiayaan kesehatan nasional mau pun keluarga. Untuk itu perlu adanya jangka panjang (LTC) yang dapat menjadi beban signifikan bagi keluarga dan pemerintah.

Biaya LTC mencakup medical cost, non-medical cost, caregiving cost, dan social cost lainnya, ujar Prof Sri.

Prof Sri mengusulkan beberapa alternatif pembiayaan LTC, seperti sistem asuransi sosial, Universal Coverage Tax Funded System, dan Safety Net Tax-Funded System. Kebijakan LTC di beberapa negara tidak selalu termasuk dalam cakupan jaminan kesehatan universal, sehingga negara-negara seperti Jepang dan Korea telah mengembangkan skema asuransi sosial khusus untuk kebutuhan ini.

Contoh lain adalah Jerman, di mana klien LTC berkontribusi hingga 21,4 persen dari total biaya, sementara di Jepang kontribusinya mencapai 10 persen, pungkasnya.

Topik Menarik