Terobosan Baru Atasi Ancaman Industri Kelapa Sawit dari Serangan Genoderma
JAKARTA, iNews - Ganoderma, jamur patogen yang menyerang pohon kelapa sawit, telah lama menjadi permasalahan serius dalam sektor perkebunan. Meskipun keberadaan ganoderma dapat merugikan petani, jamur ini juga memiliki potensi keuntungan yang perlu dipahami lebih lanjut, terutama dalam konteks ketahanan pangan dan energi nasional. Ketua Perkumpulan Roundtable Ganoderma Management (RGM), Darmono Taniwiroyono, menyatakan bahwa ganoderma bagaikan "pisau bermata dua", yang di satu sisi dapat merusak, namun di sisi lain, bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki ketahanan sektor kelapa sawit.
Darmono menjelaskan bahwa dalam upaya untuk menciptakan kecukupan pangan dan energi dari industri kelapa sawit, keberadaan ganoderma tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Sebagai contoh, ketika pasokan menurun, peningkatan serapan minyak sawit untuk meningkatkan penggunaan B35 ke B40 kemudian ke B50 bisa dilaksanakan dengan mengurangi porsi untuk ekspor," kata Darmono, dalam keterangannya, Jumat (6/12/2024).
Hal ini tentunya membutuhkan perubahan kebijakan ekspor dan peningkatan produktivitas kelapa sawit. Namun, produktivitas tersebut sangat bergantung pada kemampuan tanaman sawit bertahan dari serangan ganoderma dan hama lainnya.
Keberhasilan peremajaan sawit rakyat (PSR) menjadi sangat krusial dalam menjaga kelangsungan hasil sawit. Darmono mengingatkan bahwa meskipun bibit unggul dengan potensi produktivitas tinggi sudah ditanam, keberhasilan PSR tidak bisa hanya dilihat dari sisi bibit saja. Serangan kumbang tanduk pada lima tahun pertama dan ganoderma pada lima tahun berikutnya menjadi faktor utama yang menentukan kelangsungan kebun sawit.
Warga Subang Apresiasi Paslon ARD-Lina Kirim Karangan Bunga Ucapan Selamat untuk Reynaldy-Agus
Dalam menghadapi ancaman ganoderma, Darmono mengusulkan tiga pilar utama untuk pengendalian ganoderma secara nasional. Pertama, adalah tindakan mitigatif, yang bertujuan untuk memitigasi faktor lingkungan di dalam tanah dan udara, yang bisa mempengaruhi perkembangan ganoderma. Kedua, tindakan preventif yang harus dilakukan sejak tahap pembibitan, penanaman, hingga pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM). Tindakan ini bertujuan untuk mencegah penyebaran ganoderma sejak dini. Terakhir, adalah tindakan kuratif, yang lebih berfokus pada penyembuhan atau penanganan ketika tanaman sudah terinfeksi ganoderma.
Ganoderma tidak hanya menjadi masalah bagi kebun sawit besar, tetapi juga berbahaya bagi perkebunan kelapa sawit rakyat, yang mencakup 41 dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
"Masalah ganoderma sangat serius dan perlu penanganan segera, terutama mengingat jumlah perkebunan sawit rakyat yang terus berkembang," ujar Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga.
Menurut Henny Hendarjanti, seorang pakar ganoderma, untuk mengatasi masalah ini diperlukan sinergi dan kolaborasi antara berbagai pihak. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah pembentukan Dokter Kesehatan Perkebunan Sawit Rakyat (DKPSR), yang memiliki tugas untuk memonitor kesehatan kebun sawit rakyat. Salah satu teknologi yang akan digunakan adalah penginderaan jarak jauh melalui satelit, yang memungkinkan pemantauan kondisi kebun secara cepat dan akurat, serta dapat menjangkau seluruh kebun sawit rakyat di Indonesia.
Viral! Beredar Video Gus Miftah Dikerumuni Lalat Saat Proses Pengunduran diri, Pertanda Apakah?
Dengan adanya pemantauan yang lebih efisien dan akurat, diharapkan penanganan terhadap ganoderma dapat lebih cepat dilakukan, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan PSR dan menjaga kelangsungan produksi kelapa sawit di Indonesia.