Adakah Istilah Hukum Tabur Tuai Dalam Islam, Ini Penjelasannya
JAKARTA, iNewsBanten - Ada istilah hukum tabur tuai dalam Islam sebenarya tidak ada, apalagi penyebutan dengan istilah karma. Istilah tabur tuai lebih banyak digunakan untuk menggambarkan sebab-akibat dari setiap perbuatan manusia. Karena itu, tidak ada istilah hukum karma dalam Islam, yang ada hanyalah ketentuan dan takdir Allah yang telah diatur untuk kepentingan hidup manusia.
Bukti bahwa Islam tidak mengenal hukum karmatermaktub dalam dalil Al Qur'an berikut ini:
Allah Ta'ala berfirman :
ÙÙÙÙا تÙزÙر٠ÙÙازÙرÙØ©Ù ÙÙÙزÙر٠اÙØ®Ùرٰ٠ÛÙÙاÙÙ٠تÙدÙع٠٠ÙØ«ÙÙÙÙÙة٠اÙÙÙ°Ù ØÙÙ ÙÙÙÙÙا ÙÙا ÙÙØÙÙ ÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙ Ø´ÙÙÙØ¡Ù ÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙ Ø°Ùا ÙÙرÙبٰÙÛ Ø§ÙÙÙÙÙ Ùا تÙÙÙØ°Ùر٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙÙ ÙÙØ®ÙØ´ÙÙÙÙ٠رÙبÙÙÙÙ٠٠بÙاÙÙغÙÙÙب٠ÙÙاÙÙÙا٠ÙÙا اÙصÙÙÙÙ°ÙØ©Ù ÛÙÙÙ ÙÙ٠تÙزÙÙÙÙ°Ù ÙÙاÙÙÙÙÙ Ùا ÙÙتÙزÙÙÙÙ°Ù ÙÙÙÙÙÙسÙÙÙ ÛÙÙاÙÙÙ٠اÙÙÙÙ°Ù٠اÙÙÙ ÙصÙÙÙرÙ
Kpopers Aksi Tolak PPN 12 di Depan Istana Negara: Pajak Ditinggikan tapi Penghasilan Rendah
Artinya: Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan salat. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali.(QS Al Fathir : 18)
Kendati demikian, setiap pemeluk agama Islam diajarkan bahwa bahwa setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan keburukan juga akan dibalas dengan keburukan.
Hukum Dzarroh dan Dalilnya
Namun, Islam menjelaskan hukum tabur tuai ini dengan konsep hukum dzarroh. Dalam buku 'Rahasia Magnet Rezeki' karya Nasrullah tertulis bahwa hukum karma, hukum konsekuensi, hukum tabur-tuai, dalam Islam lebih dikenal dengan konsep hukum dzarroh.
Istilah dzarroh ini diartikan sebagai biji sawi. Selain itu dzarroh juga bisa diartikan sebagai ukuran terkecil yang bisa dihitung oleh manusia. Dalam hal ini, hukum dzarroh dimaksudkan bahwa setiap perbuatan baik maupun buruk meski sekecil biji dzarroh tetap akan mendapatkan balasan.
Sebagaimana firman Alllah SWT :
ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙعÙÙ ÙÙÙ Ù ÙØ«ÙÙÙاÙÙ Ø°ÙرÙÙØ©Ù Ø®ÙÙÙرÙا ÙÙÙرÙÙÙÛ ÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙعÙÙ ÙÙÙ Ù ÙØ«ÙÙÙاÙÙ Ø°ÙرÙÙØ©Ù Ø´ÙرÙÙا ÙÙÙرÙÙÙ à£
Artinya: Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.(QS Al Zalzalah: 7-8)
Selain dalam akhir surat Al Zalzalah, ajaran tentang hukum dzarroh ini juga disebutkan dalam surat Lukman, yakni ayat ke-16. Pada saat itu, Lukman mengajarkan kepada anaknya:
ÙٰبÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙا٠اÙÙ٠تÙÙÙ Ù ÙØ«ÙÙÙاÙÙ ØÙبÙÙØ©Ù Ù ÙÙÙÙ Ø®ÙرÙدÙÙÙ ÙÙتÙÙÙÙÙ ÙÙÙ٠صÙØ®ÙرÙة٠اÙÙÙ ÙÙ٠اÙسÙÙÙ Ù°Ùٰت٠اÙÙÙ ÙÙ٠اÙÙاÙرÙض٠ÙÙØ£Ùت٠بÙÙÙا اÙÙÙÙ°ÙÙ ÛاÙÙÙ٠اÙÙÙÙ°ÙÙ ÙÙØ·ÙÙÙÙÙ Ø®ÙبÙÙÙرÙ
Artinya: (Lukman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.
(QS Al Lukman :16)
Dalam surat Asy-Syura ayat 40, Allah juga berfirman:
ÙÙجÙزٰۤؤÙا سÙÙÙÙئÙة٠سÙÙÙÙئÙØ©Ù Ù ÙÙØ«ÙÙÙÙÙا ÛÙÙÙ ÙÙ٠عÙÙÙا ÙÙاÙصÙÙÙØÙ ÙÙاÙجÙرÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙÙ°ÙÙ ÛاÙÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙØÙبÙ٠اÙظÙÙ°ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
Artinya: Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim. (QS Asy Syura : 40)
Umat Muslim pun harus percaya atau meyakini bahwa setiap perbuatan harus dipertanggungjawabkan. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 7 yang berbunyi:
اÙÙ٠اÙØÙسÙÙÙتÙ٠٠اÙØÙسÙÙÙتÙÙ Ù ÙÙاÙÙÙÙÙسÙÙÙÙ Ù ÛÙÙاÙÙ٠اÙسÙØ£ÙتÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙØ§Û ÙÙاÙØ°Ùا جÙاۤء٠ÙÙعÙد٠اÙÙاٰخÙرÙØ©Ù ÙÙÙÙسÙÛ¤ÙÙÙÙÙا ÙÙجÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙÙدÙØ®ÙÙÙÙا اÙÙÙ ÙسÙجÙد٠ÙÙÙ Ùا دÙØ®ÙÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ Ù ÙرÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙÙÙتÙبÙÙرÙÙÙا Ù Ùا عÙÙÙÙÙا تÙتÙبÙÙÙرÙا
Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.
Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai