Trump Menang, Puluhan Ribu Pejuang Hizbullah Siap Perang Darat Lawan Israel
BEIRUT, iNews.id - Hizbullah menegaskan puluhan ribu pejuang siap berperang melawan Israel. Hasil Pilpres Amerika Serikat (AS) yang dimenangkan Donald Trump diyakini tidak akan memengaruhi perang di Lebanon, bahkan mungkin memperburuk.
Pemimpin Hizbullah Naim Qassem menegaskan, tidak ada tempat di Israel yang terlarang untuk diserang. Peringatan ini disampaikan setelah militer Israel menyerang markas Hizbullah di Beirut usai mengeluarkan peringatan evakuasi.
"Kami memiliki puluhan ribu pejuang terlatih," kata Qassem, dalam pidato melalui video, memperingati 40 hari kematian pendahulunya, Hassan Nasrallah, seperti dikutip dari AFP.
Pidato tersebut disiarkan setelah kemenangan Trump dalam pilpres AS, meski telah direkam sebelumnya.
Qassem juga menegaskan hasil pertarungan Trump dengan Kamala Harris tidak akan berdampak pada kemungkinan kesepakatan gencatan senjata untuk Lebanon. Hizbullah tidak menggantungkan harapan pada penghentian agresi Israel dampak dari perkembangan politik di AS.
"Apakah Harris atau Trump yang menang, itu tidak berarti apa-apa bagi kami. Yang akan menghentikan perang ini adalah medan perempuran," katanya, merujuk pada perang darat di Lebanon selatan.
Israel, lanjut dia, ingin memperpanjang konflik sehingga menjadi perang yang melelahkan dan Hizbullah siap melayaninya.
Dia lalu menyerukan agar kedaulatan Lebanon dijaga dalam setiap pembicaraan gencatan senjata.
Qassem juga menuntut penjelasan dari Tentara Nasional Lebanon setelah pasukan elite Angkatan Laut Israel menangkap seorang pria di Lebanon utara pada Sabtu pekan llau.
Menurut Qassem, operasi itu merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan wilayah Lebanon.
Seorang pejabat pengadilan Lebanon pada Selasa lalu mengatakan, pasukan komando Israel menyusup menggunakan speedboat yang dilengkapi perangkat canggih sehingga bisa mengganggu radar pasukan penjaga perdamaian PBB.
Satuan Tugas Maritim PBB membantu Tentara Nasional Lebanon untuk memantau perairan teritorial dan mencegah masuknya senjata atau peralatan terkait lainnya melalui laut sejak 2006. Namun saat itu kebobolan, sehingga bisa disusupi pasukan Israel.
Hizbullah pada Rabu kemarin menyerang pangkalan militer Israel di dekat bandara utama sekaligus pusat perdagangan Tel Aviv. Setelah itu Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan, serangan udara Israel terhadap Lembah Bekaa, Lebanon Timur, serta Kota Nabatiyeh.
Warga Lebanon Tak Percaya Trump
Banyak warga Lebanon menilai Trump akan mempertahankan bahkan meningkatkan dukungan terhadap Israel untuk perang.
Israel mengklaim memerangi kelompok Hizbullah, namun para pengamat menuduh Israel melancarkan perang terhadap komunitas Syiah di negara itu. Di Lebanon, jabatan politik dialokasikan secara proporsional berdasarkan kelompok agama negara tersebut.
Presiden selalu berasal dari Kristen Maronit, perdana menteri Muslim Sunni, dan juru bicara parlemen Muslim Syiah.
Sejak perang saudara Lebanon, yang berlangsung dari 1975 hingga 1990, Hizbullah telah mengonsolidasikan kendali atas komunitas Syiah dengan mencampurkan agama, identitas, dan perlawanan ke dalam gerakan politik yang telah beresonansi dengan banyak orang.
Israel dalam 2 bulan terakhi meningkatkan serangan terhadap Hizbullah dengan membom banyak kota di Lebanon selatan dan Lembah Bekaa. Warga dari seluruh desa dan distrik terpaksa mengungsi akibat tembakan Israel, yang menghancurkan banyak runah warga sipil serta memicu ketakutan akan pengungsian permanen.
Ali Saleem, warga Kota Sour, yakin perang akan terus berlanjut di bawah Trump. Sekalipun ada peluang gencatan senjata, Trump akan mengajukan proposal yang menguntungkan Israel.
"Trump akan mengajukan tawaran, dan ia akan berkata, 'Apakah Anda ingin mengakhiri perang atau tidak?'Jika kami mengatakan tidak, maka perang akan terus berlanjut," kata Selim (30), kepada Al Jazeera.
Warga lainnya, Ali Aloweeya (44), menambahkan Trump kemungkinan akan membela kepentingan Zionis di kawasan.
Dia khawatir Trump akan mengizinkan Israel untuk membangun permukiman ilegal di Lebanon selatan, seperti diminta oleh beberapa aktivis sayap kanan Israel dan pejabat politik.
"Jika Trump kembali dan bekerja lagi untuk kepentingan Israel, maka kita akan melawan," ujarnya.