Waspada PMK, Pemkab Bojonegoro Tutup Pasar Hewan, Sampai Kapan? Ini Penjelasanya

Waspada PMK, Pemkab Bojonegoro Tutup Pasar Hewan, Sampai Kapan? Ini Penjelasanya

Terkini | bojonegoro.inews.id | Senin, 20 Januari 2025 - 11:50
share

BOJONEGORO.INEWS.ID - Dugaan merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi, membuat Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) memutuskan untuk menutup sementara transaksi jual beli hewan ternak di sejumlah pasar hewan di Bojonegoro. 

Penutupan ini akan mulai diberlakukan mulai 22 Januari 2025 hingga 04 Februari 2025, seperti yang dilansir dari akun Instagram @pemkabbojonegoro.

Kabid Kesehatan Hewan, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Peternakan Disnakkan Bojonegoro, Lutfi Nurrahman, menjelaskan bahwa langkah penutupan tersebut diambil berdasarkan Surat Menteri Pertanian Nomor: B-03/PK.320/M/01/2025 tentang kewaspadaan dini peningkatan kasus Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS).

Keputusan ini juga berlandaskan pada Surat Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro Nomor: 542/1304/412.222/2024 tentang Laporan Kejadian Kasus PMK.

“Untuk sementara, kegiatan transaksi jual beli di beberapa pasar hewan di Bojonegoro, antara lain Pasar Hewan Baureno, Sumberrejo, Balen, dan Padangan, akan ditiadakan selama 14 hari. Kami juga akan melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh pasar hewan di wilayah Bojonegoro sebagai upaya pencegahan,” jelas Lutfi.

Penutupan sementara ini merupakan langkah preventif untuk memutus rantai penyebaran PMK yang dapat menular melalui hewan dan media pembawa penyakit lainnya. 

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berharap kebijakan ini dapat mengurangi risiko penularan dan menjaga kesehatan hewan ternak di daerah tersebut.

Sebelumnya diberitakan, Tim SAR gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, sudah mengevakuasi sebanyak 8 ekor sapi, yang diketahui mati mengambang di Sungai Bengawan Solo.

Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Laela Nur Aeny mengatakan, jika sapi tersebut dievakuasi dari Bendung Gerak Bengawam Solo di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, serta di wilayah Kecamatan Padangan.

"Di bendung gerak ada 7 ekor, sementara di Padangan ada 1 ekor," jelasnya, jumat (17/1/2025).

Namun menurut Laela, dari kedelapan sapi yang Dievakuasi tersebut, hanya tiga yang bisa diangkat dan dikuburkan. Bahkan petugas sampai menurunkan alat berat untuk mengangkat bangkai sapi.

"Hanya tiga yang bisa diangkat dan dikuburkan, sementara yang lain kondisi bangkai sudah rusak,"tambahnya.

Ditemukannya sapi yang mengambang di sungai terpanjang se Pulau Jawa ini, diduga terkait virus PMK yang mewabah di berbagai daerah.

Setelah dievakuasi petugas dari Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab Bojonegoro, juga melakukan pengambilan sampel, untuk dilajukan uji laboratorium.

Topik Menarik