Wow! Serupa Kopi Pangku, Kopi Cetol di Malang Sajikan Perempuan Untuk Pria Hidung Belang
MALANG, iNews Depok.id - Bagi sebagian besar pria, warung kopi adalah rumah kedua, sebagai wadah untuk menyatukan kopi dan pecintanya. Namun budaya ngopi sedikit bergeser, ketika gemulai wanita merayu manja menyajikan segelas kopi hitam ke pelanggannya.
Sebut saja bila kita pernah mendengar kopi lendot, kopi pangku dan lain sebagainya. Bukan hanya menjual panasnya kopi yang disajikan, tetapi mereka juga menjual hangatnya penjual yang kebanyakan perempuan, dalam menyajikan kopi.
Cara agar menarik pelanggan dengan eksistensi menggunakan perempuan sebagai pelayan bahkan juga menemani pelanggan seperti pada warung kopi cetol, yang dibilang terkenal di sekitar Pasar Gondanglegi, Kecamatan Gondanglegi, Malang, Jawa Timur.
Benar saja, serupa warung kopi pangku, warung kopi cetol ternyata menjual bisnis esek-esek di balik tiap teguk bijih kopi hitam panas.
Sebanyak tujuh anak perempuan cantik jadi korban yang dipekerjakan sebagai pelayan kopi cetol di Pasar Gondanglegi, Malang. Mirisnya, anak-anak dengan rentang usia 14 hingga 16 tahun itu direkrut oleh pemilik warung kopi, untuk melayani pembeli dengan gaji per bulan Rp1 juta.
Wakapolres Malang Kompol Bayu Halim Nugroho mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan awal dari saksi-saksi, termasuk pelayan warung kopi, ada indikasi aktivitas lain yang mengarah ke praktik asusila di balik kopi cetol.
Praktik tersebut di luar pekerjaan sebagai pelayan warung yang menghidangkan kopi, minuman, atau makanan lainnya.
"Awal mulanya mereka menyajikan kopi melayani segala macam, tetapi ada aktivitas tambahan, aktivitas tambahan ini yang tentu saja bisa dikategorikan sebuah asusila," kata Kompol Bayu Halim Nugroho, saat konferensi pers di Polres Malang, seperti dikutip MNC Portal Indonesia, Senin (20/1/2025) sore.
Dari aktivitas kopi cetol yang diselingi dugaan praktik esek-esek itu, tujuh pekerja anak diberikan gaji antara Rp600 ribu sampai Rp1 juta per bulan. Upah itu di luar aktivitas lain pada tindakan asusila yang disuguhkan.
Remaja cantik digaji Rp1 juta per bulan untuk layani pelanggan kopi cetol (Foto : MNC Portal Indonesia/Avirista)
"Tetapi setiap aktivitas (dugaan praktek asusila) menarif Rp10 ribu ke atas, bisa Rp50 ribu di luar aktivitas mereka (sebagai pelayan)," ujar Bayu.
Dalam razia ini, Bayu menambahkan, keenam tersangka yakni S (41) warga Pagelaran dan S alias Papa Bedor (38) warga Kecamatan Pagelaran, RS alias MR (53) perempuan asal Kecamatan Gondanglegi, LY (20) perempuan asal Kecamatan Sumbermanjing Wetan, yang tinggal di Kecamatan Pagelaran, I (54) dan SH alias T (54), dua perempuan asal Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Mereka dijerat pasal perlindungan anak dan ada indikasi tindakan asusila-nya.
"Pertama undang-undang perlindungan anak kita terapkan, karena melibatkan anak di bawah umur, ada tindakan asusila yang ini jadi atensi kita bersama," tuturnya.
Sementara itu, salah satu pemilik warung yang diamankan, berinisial I menuturkan, memang ia mempekerjakan pelayan perempuan di atas usia 20 tahun, untuk menarik pelanggan. Tapi ia beralasan bila anak di bawah umur yang ikut bekerja di tempatnya memaksa ikut dengannya.
"(Sengaja menaruh anak-anak bekerja di sana) Sebenarnya enggak, anak-anak itu saya kalau manggil pegawai itu di atas 20, (korban anak itu) kok memaksa (bekerja ke warung kopi cetol) gitu," ucap I, warga Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.
Biasanya ia mempekerjakan perempuan anak di bawah umur itu antara pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Di mana ada aktivitas tambahan di malam hari, sehabis isya sekitar pukul 18.30 WIB hingga 00.00 WIB dini hari.
"(Kalau tinggalnya) Tinggalnya di rumah, ditampung di situ, dikasih makan juga," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, aktivitas kopi cetol di Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang, dioperasi oleh aparat gabungan Polres Malang dan Satpol PP, pada Sabtu (4/1/2025). Operasi gabungan ini dilakukan karena aktivitas kopi cetol yang viral itu ada indikasi ke prostitusi terselubung.
Terlihat dari penggerebekan warung kopi di area pasar itu diamankan 32 pekerja perempuan, sebagian berpenampilan cantik dan berpakaian seksi. Dari 32 pekerja perempuan itu, tujuh di antaranya ternyata masih anak di bawah umur.